Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Rasa Setelah Berbatik-batik

Kompas.com - 23/06/2016, 13:42 WIB

KABUPATEN Batang, Jawa Tengah, yang relatif sepi itu, menyimpan rahasia kuliner yang cita rasanya susah dilupakan. Adalah warung Turipah, nyempil di kampung, tetapi menawarkan cita rasa luar biasa.

Selepas ”berburu” batik yang merupakan salah satu produk incaran di kawasan Batang, Jawa Tengah, tiba saatnya mengisi perut. Warung Turipah dengan sajian khasnya menjadi tujuan.

Warung Turipah berada di tepi jalan di Desa Pandansari, Kecamatan Warung Asem, sekitar 38 kilometer dari pusat Kota Batang. Malam itu, pukul 18.30 kami meluncur dari pusat kota Batang menyusuri jalan aspal sempit yang banyak berlubang. Hujan membuat kami harus lebih hati-hati mengemudikan mobil.

Tak jauh dari areal persawahan, Nurul Qomar, pemandu kami, meminta mobil ditepikan dan parkir di lahan kosong. Tanah becek dan tak banyak penerangan berarti. Hanya beberapa lampu warung menerangi. Kami berjalan setengah mengendap menjaga kaki agar tak terperosok di kubangan becek.

Di seberang jalan, terlihat bangunan mirip gubuk. Berdinding anyaman bambu setinggi 1 meter. Tiang-tiang bambu menyangga atap genteng. Antara dinding dan atap itu dibiarkan terbuka sehingga angin malam bebas keluar masuk.

Beberapa pelanggan duduk bersila menyantap pepes ikan campur sambal dan petai. Aroma gurih dan wangi makanan segera menyambut kami. ”Waduh, sudah pada habis. Tinggal ini saja,” kata Turipah saat melihat kami.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Aneka menu makanan di Warung Makan Mbak Turipah, Batang, Jawa Tengah.
Saat itu yang tersisa hanya tahu, telur dadar, dan beberapa potong ayam kampung. Kami lantas makan seadanya. Meski begitu, kelezatan sambal terasi Turipah membuat kami makan lahap.

Maklum, setelah seharian menjelajah Batang mencari pembatik, kami perlu banyak mengonsumsi makanan bergizi untuk pemulihan tenaga. Ayam goreng kampung dicolek sambal terasi dan nasi panas disantap di tengah derai hujan, sungguh nikmat.

”Besok ke sini lagi agak sore, Mas. Bisa mencicipi welut serundeng dan ikan pepes,” kata Turipah yang kami turuti.

Turipah menjelaskan, warungnya mulai buka pukul 17.00 dan biasanya pada pukul 19.00 sebagian dagangan sudah habis. Sisanya baru benar-benar ludes pada pukul 24.00. Kerap kali pelanggan mengantre, padahal warung belum buka. Mereka khawatir menu kesukaannya keburu ludes.

Dua kali ke sana, kami kurang beruntung karena menu andalan welut serundeng tak hadir di meja akibat pasokan belut sedang seret. Makanan ini sebenarnya berupa belut yang digoreng kering lantas dimasukkan ke dalam serundeng atau kelapa parut yang disangrai dengan bumbu.

Bagi penggemar jangan atau sayur ndeso, jangan lupa cicipi tumis kulit melinjo, kluban atau urap daun bayam, sawi, dan tauge, serta makanan khas setempat, yakni megono.

Megono yang dikenal di Pekalongan dan Batang berupa cincangan gori atau nangka muda yang diberi parutan kelapa, ulekan bumbu, lantas dikukus. Racikan bumbunya berupa ketumbar, kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai, lengkuas, salam, dan serai.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Melayani pembeli di Warung Makan Mbak Turipah, Batang, Jawa Tengah.
Lauknya tinggal pilih, semua terhidang di meja panjang yang dibuat rendah. Sambil lesehan, kita bebas mengambil lauk yang menggoda. Mulai dari wader goreng, sate rempelo ati, teri kacang, sate telur puyuh, pepes pindang udang, sotong santan, pepes tahu, ayam bakar, ayam goreng kampung, telur kecap, telur dadar, rendang, kembung dan bawal kecap, hingga aneka gorengan dan petai.

Berkah ibu

Turipah (45) menjelaskan, dia dulu merantau ke Jakarta berjualan nasi. Kebetulan di dekat warungnya ada rumah makan padang. Dari pemilik rumah makan padang itulah, Turipah belajar masak masakan minang. Mulai dari cara membuat rendang, gulai kepala ikan, sampai sambal balado.

Delapan tahun lalu, dia harus balik kampung lantaran ibunya, Aliyah, sakit-sakitan. Setelah ibunya meninggal, Turipah berinisiatif membuka warung. Dia dan suaminya, Sugiyanto (47), lalu menyewa lahan seluas sekitar 45 meter persegi di tepi tegalan.

Tempat ini terbilang sepi karena berada di perbatasan desa. ”Waktu itu banyak juga yang bilang dagangan saya tidak akan laku. Sepi dan tidak ada pabrik. Siapa yang mau beli,” cerita Turipah.

Namun, dia berkeyakinan bahwa kalau memang rezekinya di sana, pasti ada yang beli. Dibantu suami dan anaknya, Deviyanti (17), Turipah merintis warung makan.

Insting dagang Turipah benar. Makin hari makin banyak pembeli datang. Mereka rata-rata adalah pekerja yang malas memasak karena kecapekan. ”Maunya pulang kerja langsung makan, ga perlu masak lagi,” kata Marni, pelanggan.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Warung makan Mbak Turipah di Batang, Jawa Tengah, yang baru buka saat menjelang senja.
Turipah memaknai kesuksesan dia buka warung itu sebagai berkah dari ibunya yang dia rawat selama sakit. Keikhlasan dia menjaga dan memenuhi kebutuhan ibunya berbuah manis. ”Mungkin juga karena doa ibu saya yang tidak ingin saya hidup susah,” katanya.

Melihat jumlah pelanggan yang setiap hari mengular, Turipah tak ingin balik lagi ke Jakarta. ”Saya ingin di sini saja. Ayem.”

Turipah mengambil jalan yang benar. Suasana tenang Desa Pandansari serta udara yang relatif sejuk tidak akan ditemukan di Jakarta yang semrawut. Apalagi jika sudah bertemu dengan menu masakan kampung yang sensasi gurihnya sulit dilupakan itu. (SRI REJEKI dan M HILMI FAIQ)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com