SRI Lanka adalah negeri kecil eksotis di kawasan Asia. Kekayaan alam sebagai modal utama pariwisatanya berjejer di pesisir selatan. Peninggalan sejarahnya berserakan di setiap kota.
Negara yang berbatasan dengan India ini seolah sudah lelah dengan konflik yang kepanjangan. Hampir 30 tahunan mereka harus bersitegang. Kini Sri Lanka mulai menyadari pentingnya mengembangkan dunia pariwisata di mata dunia.
Langkahnya dimulai dengan memberikan kemudahan permohonan visa. Termasuk bagi warga negara Indonesia cukup membayar 35 dollar AS untuk Visa On Arrival. Visa bisa diajukan melalui online maupun saat tiba di bandara di Sri Lanka.
Kepada KompasTravel, Nias menyadari masih banyak yang harus diperbaiki untuk membuat para turis senang. “Kandy memang kota paling favorit karena kami selalu ramai didatangi turis setiap tahun. Kalau kota lain, penduduknya masih mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dari turis," ucap Nias.
Berdasarkan pengalaman KompasTravel, informasi tentang Sri Lanka masih sangat minim. Baik dari luar maupun dalam negerinya sendiri. Informasi terkait dunia pariwisata dan kebutuhan wisatawan kebanyakan justru dari mulut ke mulut. Ditambah referensi dari internet. Itu juga tidak banyak.
Selain itu para wisatawan belum dimanjakan oleh pernak-pernik lokal yang menarik seperti belanja suvenir. Wisatawan biasanya nekat ke pasar tradisional dan harus mencari tahu sendiri tempat dan harga barang khas lokal yang ingin dibeli. Aksi panggung seperti tarian tradisional atau kelas memasak juga masih sulit ditemukan.
Eksotisme Sri Lanka masih bisa dibilang perawan. Pantainya masih sepi dari kerumunan para penjual suvenir dan jejeran hotel megah. Para wisatawan masih mudah berinteraksi dengan warga lokal, walau keramahannya masih harus bersaing dengan negara Asia lainnya.
Bangunan-bangunan bersejarahnya juga masih kosong. Hingga para turis kadang lupa bahwa mereka adalah turis. Semua menjadi menantang dan lebih enak untuk dijalani sendiri.
Harga juga jangan ditanya. Masih sangat murah dibanding Indonesia atau kota-kota besarnya. Sekali makan di restoran atau kafe, rata-rata sekali makan hanya menghabiskan 300-500 rupee atau senilai Rp 30.000 - Rp 50.000. Kedai biasa bisa lebih murah.
Bagi para pecinta petualangan, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menjelah Sri Lanka. Sebelum, konsumerisme ala turisme menyerbu dan mengubah Sri Lanka dari keasrian dan keaslian negara Ceylon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.