KOLOMBO, KOMPAS.com - Jangan kaget kalau orang lokal Sri Lanka ketika menyebut taksi tapi tangannya akan menunjuk bajaj. Di sana, bajaj adalah taksi. Biasa juga disebut tuk-tuk.
Pengalaman KompasTravel, kita harus memastikan taksi yang dimaksud adalah taksi mobil atau taksi tuk-tuk.
Bentuk bajaj di Sri Lanka tak beda sama sekali dengan bajaj di Jakarta. Hanya ukurannya saja memang lebih lebar sedikit dibanding bajaj model lama. Bila dibanding bajaj BBG model baru ukurannya banyak yang sama.
KompasTravel sempat menaiki bajaj bersama 3 turis lainnya. Masih muat walau berdesak-desakan.
Di jalan-jalan banyak bajaj berlalu lalang. Walau masih banyak yang memakai bahan bakar bensin, suaranya tidaklah sebising bajaj berbahan bakar solar. Warnanya juga beragam, ada yang hijau, merah, oranye, dan biru.
Bajaj di Sri Lanka memiliki peran penting bagi keeharian masyarakatnya. Banyak warga yang mengandalkan bajaj untuk bisnis seperti mengangkut barang atau agar lebih cepat di perjalanan.
Untuk sebagian kota, bajaj juga merupakan transportasi kelas menengah. “Bagi turis 200-300 Rupee (Rp 20.000 - Rp 30.000) kan murah. Bagi sebagian kami adalah pengeluaran yang cukup besar untuk sehari-hari," ujar Nasham, salah seorang warga Kolombo kepada KompasTravel.
Penggunaan bajaj di Sri Lanka kebanyakan adalah untuk jarak dekat atau menengah. Kisaran 1-10 kilometer. Bila lebih, biasa warga lokal memilih memakai bus kota. Harganya bila dekat bisa 50-100 Rupee atau setara dengan Rp 5.000 - Rp 10.000.
“Harus menawar. Bila tidak turis akan diminta tarif mahal," kata Nasham.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.