”Obyek wisata ini mulai dibuka awal Juni lalu. Sekarang jumlah pengunjung sekitar 100 orang pada hari biasa dan 300 orang saat akhir pekan,” kata pengelola Karst Tubing, Arif Budi Sayoga.
Arif mengatakan, meski baru dua bulan, obyek wisata itu mulai berdampak positif bagi warga. Selain memberi pemasukan bagi warga yang ikut mengelola Karst Tubing, kehadiran obyek wisata itu juga dimanfaatkan warga untuk membuka warung. ”Pemasukan lain masyarakat juga didapat dari parkir kendaraan pengunjung,” ujarnya.
Meskipun banyak muncul daya tarik wisata baru, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul Bambang Legowo, sejumlah pantai di pesisir selatan masih menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD) Bantul.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Bantul, ada delapan obyek wisata di kabupaten itu yang menyumbang PAD dan empat di antaranya merupakan pantai. Kedelapan obyek wisata itu adalah Pantai Parangtritis, Pantai Samas, Pantai Pandansimo, Pantai Kuwaru, Gua Cemara, Gua Selarong, Gua Cerme, dan kolam renang Tirta Tamansari.
Selama 2012-2015, pendapatan di delapan obyek wisata itu naik tiap tahun. Pada 2012, pendapatan dari tempat-tempat wisata itu hanya Rp 8,3 miliar, pada 2013 menjadi Rp 8,5 miliar, pada 2014 menjadi Rp 9,6 miliar, dan pada 2015 mencapai Rp 11,1 miliar.
Namun, kunjungan wisatawan di delapan obyek itu sempat turun dari 2,35 juta orang pada 2012 menjadi 2,15 juta tahun 2013. Pada 2014, kunjungan wisatawan naik menjadi 2,29 juta orang, lalu terus bertambah menjadi 2,52 juta orang pada 2015.
Dari delapan obyek wisata itu, Pantai Parangtritis masih mendominasi. Pada 2015, misalnya, sekitar 78 persen dari total kunjungan wisatawan di delapan obyek wisata itu ke Pantai Parangtritis. Retribusi Parangtritis menyumbang 85 persen total pendapatan.
Meskipun begitu, kata Bambang, pemkab tetap mendorong pengembangan berbagai daya tarik itu karena bisa mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
Bantul juga memiliki beberapa sentra kerajinan yang bisa menjadi alternatif wisata, misalnya sentra gerabah di Kasongan, pusat kerajinan kulit di Manding, sentra kerajinan kayu di Krebet, dan kampung perajin batik di Giriloyo.
Meski wisata Bantul tak ditopang angkutan umum yang memadai, Bambang yakin hal itu tak akan menjadi masalah serius karena kebanyakan wisatawan lebih suka menggunakan kendaraan pribadi. (Haris Firdaus)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Agustus 2016, di halaman 26 dengan judul "Citra Baru Bumi Projotamansari".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.