Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Kesabaran untuk Lihat Lumba-lumba di Lovina

Kompas.com - 13/09/2016, 05:11 WIB

JARUM jam menunjukkan pukul 05.00 Wita dan pagi masih gelap di Pantai Sentral Lovina, Singaraja, Bali, Minggu (31/7/2016) Namun belasan kapten jukung telah mempersiapkan perahunya untuk mengantar puluhan wisatawan, yang berkumpul di Patung Dolphin.

Mereka ingin menyaksikan lumba-lumba atraksi di laut lepas. Satu perahu jukung dapat menampung dua sampai enam wisatawan.

Pagi itu sebagian besar wisatawan berasal dari dari berbagai negara di Benua Eropa. Satu orang wisatawan dapat membayar Rp 100.000 untuk jasa antar menggunakan jukung.

Jika ingin lebih privat, dapat pula menyewa satu jukung senilai Rp 500.000. Dari atas jukung itu, wisatawan sudah dapat menikmati atraksi lumba-lumba dua sampai tiga jam di laut lepas.

Para wisatawan ini sengaja berangkat sejak pagi buta. Karena kawanan lumba-lumba biasa melintas di pantai itu saat pagi hari.

Tak hanya melihat lumba-lumba. Mereka dapat menikmati keindahan sunrise (matahari terbit) dari atas perairan sekaligus.

Petualangan untuk melihat kawanan lumba-lumba ini bisa dibilang gampang-gampang susah. Perlu keberuntungan dan kesabaran untuk bertemu hewan mamalia ini.

Jika beruntung, kita dapat menjumpai kawanan mamalia itu  setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit. Kawanan lumba-lumba sesekali menampakkan diri dengan cara timbul tenggelam di laut lepas.

Kita juga bisa menjumpai mereka meloncat sembari menari dari dalam air, itupun jika beruntung. Momen langka itulah yang ditunggu-tunggu wisatawan.

Dari atas jukung, mereka dengan seksama memperhatikan dan berteriak kegirangan ketika menjumpai lumba-lumba. Tidak sedikit pula ada yang berusaha mengabadikannya menggunakan kamera.

Perairan Bali Utara menjadi lintasan kawanan lumba-lumba. ni menjadi daya tarik wisata tersendiri sebab wisatawan dapat menyaksikan atraksi lumba-lumba liar secara langsung di laut lepas.

Bagi Agus Yogi Yadnya, seorang pelaku pariwisata di Lovina, pariwisata atraksi lumba-lumba liar masih menjadi daya tarik tersendiri dan akan tetap diminati karena tak banyak tempat yang menawarkan hal tersebut di Indonesia, bahkan dunia.

Namun ia menekankan kepada semua pihak agar tetap menjaga kenyamanan lumba-lumba sehingga tetap bisa beratraksi di laut lepas.

KOMPAS/BENNY D KOESTANTO Wisatawan melihat dari jarak cukup dekat lumba-lumba yang muncul di permukaan di Pantai Lovina, Singaraja, Bali.
“Nah sekarang bagaimana kita membuat mereka bisa tetap hidup tenang dan harmoni agar tetap bisa beratraksi, kalau mereka sudah enggan beratraksi tidak ada lagi namanya Lovina,” ujarnya.

Meski begitu, ia yang sudah tinggal di Lovina sejak 1998 ini merasa harus ada pilihan wisata lain di Lovina selain atraksi lumba-lumba liar.

Oleh karena itu, mulai tahun lalu ia berinovasi dengan membuat wahana permainan baru di perairan lepas bernama Ocean Park.

“Kita amati tidak ada pilihan baru untuk pariwisata di Lovina ini agar tetap tamu bisa terus berkunjung kesini. Kita buat ocean park ini satu-satunya di Indonesia yang langsung di perairan lepas karena laut Bali Utara ini cocok dengan airnya yang tenang,” pungkasnya. (Tribun Bali/Lugas Wicaksono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com