Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lihatlah Turki Pasca Kudeta...

Kompas.com - 26/09/2016, 22:33 WIB

UNTUK sebuah kota yang belum lama ini diguncang upaya kudeta, Istanbul terlihat baik-baik saja. Tidak ada tentara atau polisi berjaga di sudut-sudut kota. Kamis (8/9/2016), Alun-alun Taksim (Taksim Square) ramai seperti biasanya.

Pedagang asongan, orang- orang yang mengejar trem, anak-anak muda berpakaian trendi, dan turis dari sejumlah negara hilir mudik di Alun-alun Taksim, area berukuran sekitar tiga kali lapangan sepak bola itu.

Padahal, saat sekelompok faksi militer Turki mencoba melancarkan kudeta, 15 Juli lalu, Taksim menjadi salah satu titik terpanas di Istanbul. Tentara pelaku kudeta masuk ke alun-alun ini dan menguasainya. Setelah itu, giliran ribuan warga Turki yang masuk dan berkumpul di Taksim untuk menggagalkan kudeta.

Sisa ketegangan pasca kudeta yang gagal itu kini nyaris tak bersisa di Alun-alun Taksim dan kawasan penting lain di Istanbul, seperti Sultanahmet, Golden Horn, Bebek, dan Nisantasi. Penanda bahwa telah terjadi ”peristiwa besar” hanya diwakili baliho raksasa yang bertuliskan slogan seperti ”Hakimiyet Militindir” (Kedaulatan Ada di Tangan Rakyat).

Di beberapa tempat ada spanduk-spanduk bertuliskan slogan ”Rakyat Turki Tak Bisa Dikalahkan oleh Teror” dan spanduk bergambar orang-orang yang menjadi ”martir” peristiwa kudeta lalu.

Yang mencolok mata adalah bendera Turki berwarna merah dengan gambar bulan sabit dan bintang dipasang di mana-mana, mulai dari pinggir jalan, apartemen, masjid, gereja, gedung perkantoran, hingga jembatan Selat Bosphorus.

Ada yang dikibarkan di tiang, diselempangkan di jendela, bahkan ada yang membungkus sebuah gedung dari atap hingga lantai terbawah. ”Rakyat Turki ingin merayakan kegagalan kudeta,” kata Umar, pemandu wisata.

Beberapa orang Turki yang ditanya soal kudeta itu umumnya memberikan jawaban nyaris seragam. Mereka bilang kudeta dilakukan orang-orang sakit yang mengganggu ketenangan Turki. Begitu dikorek lebih jauh, mereka memilih menghindar.

”Sudahlah. Semua sudah selesai. Kami tidak mau mengingat peristiwa buruk itu lagi,” ujar seorang penjaga toko di Jalan Istiqlal di ujung Alun-alun Taksim. Ia tidak mau disebutkan namanya dengan alasan keamanan.

Kudeta yang gagal itu menewaskan 265 warga dan melukai hampir 1.500 orang. Presiden Recep Tayyip Erdogan menangkap ribuan orang yang dituduh terkait kudeta, mulai dari perwira militer, pejabat pemerintah, guru, hingga dosen. Ia juga menetapkan status darurat yang berlaku tiga bulan.

Pariwisata terpukul

Peristiwa kudeta sontak membuat bisnis—terutama di industri pariwisata—terpukul. Sejak akhir 2015, industri pariwisata Turki telah mendapat pukulan beruntun. Pukulan pertama datang dari teror bom Oktober 2015 di Ankara yang menewaskan 102 orang.

Sebulan kemudian terjadi peristiwa penembakan pesawat tempur Rusia oleh militer Turki, 24 November 2015. Akibat peristiwa itu, hubungan Rusia dan Turki tegang. Turki pun kehilangan banyak pelancong dari Rusia yang jumlahnya tiap tahun mencapai 2 juta orang lebih.

Januari 2016, kawasan wisata Sultanahmet di Istanbul diguncang bom yang menewaskan 10 turis Jerman.

Rentetan peristiwa itu membuat industri pariwisata Turki yang sedang mekar-mekarnya, dengan rekor 36,8 juta pengunjung pada 2014, menjadi kuncup. Pada 2015, ketika rentetan bom mulai terjadi, Turki kehilangan sekitar 800.000 pengunjung.

Bulan Juli semestinya menjadi musim panen turis buat Turki. Namun, kudeta militer membuat musim panen turis 2016 berubah menjadi paceklik.

Menurut Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Turki, jumlah pengunjung asing yang datang ke Turki sepanjang Juli 2016 turun 36,72 persen dibandingkan Juli 2015 yang sebanyak 5.480.158 orang.

KOMPAS/BUDI SUWARNA Turis menikmati matahari sore di lapangan di depan Masjid Sultanahmet atau Masjid Biru, Istanbul, Turki, Rabu (7/9/2016).
”Biasanya halaman Istana Top Kafi, Masjid Biru, dan Museum Hagia Sophia penuh turis di bulan Juli. Sekarang sepi,” kata Umar, pemandu wisata yang banyak melayani turis Indonesia dan Malaysia, sambil menunjuk bangku-bangku kosong di taman di pintu masuk Masjid Biru.

Pada 2014, kata Umar, ia bisa bekerja 22 hari dalam sebulan untuk memandu turis dari Indonesia atau Malaysia.

”Sejak rentetan teror bom terjadi, tawaran pekerjaan lenyap begitu saja. Payah sekali. Terakhir saya bawa tamu sekitar satu bulan yang lalu, yakni pada saat kudeta terjadi,” tuturnya.

Upaya Turki

Untuk menggerakkan lagi industri pariwisata Turki, pemerintah dan pelaku industri melakukan apa pun yang mereka bisa. Turkish Airlines, misalnya, mengundang sekitar 80 wartawan dari sejumlah negara untuk melihat sendiri suasana Turki pasca kudeta militer yang gagal.

Pemimpin Turkish Airlines Ilker Ayci mengatakan, ”Beberapa bulan lalu, Turki menjadi berita utama media massa di dunia akibat peristiwa kudeta. Tapi, banyak publikasi yang keliru dan jauh dari realitas.”

”Kami ingin Anda melihat lebih jelas Turki pasca kudeta yang gagal. Di sini sudah aman, ekonomi dan perdagangan internasional sudah berjalan normal. Tolong alami sendiri bagaimana Turki sekarang,” ujar Ayci mencoba meyakinkan. (Budi Suwarna, dari Istanbul)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 September 2016, di halaman 3 dengan judul "Lihatlah Turki Pasca Kudeta".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Taman Burung-Anggrek di Papua: Lokasi dan Harga Tiket Masuk

Taman Burung-Anggrek di Papua: Lokasi dan Harga Tiket Masuk

Travel Update
5 Air Terjun di Probolinggo, Ada Air Terjun Tertinggi di Jawa

5 Air Terjun di Probolinggo, Ada Air Terjun Tertinggi di Jawa

Jalan Jalan
4 Festival di Hong Kong untuk Dikunjungi pada Mei 2024

4 Festival di Hong Kong untuk Dikunjungi pada Mei 2024

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com