Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bergaya Hidup ala Biksu

Kompas.com - 18/10/2016, 16:15 WIB

Hanya satu hal yang sama di semua shukubo, fasilitas kamar mandi bersama. Meski laki-laki dan perempuan dipisah, tetap saja sulit, setidaknya bagi saya, membayangkan harus mandi bersama orang asing di bak mandi yang sama tanpa satu helai benang pun di badan.

Ini tradisi masyarakat Jepang yang mungkin tak lazim di negara lain. Mungkin menangkap kepanikan di wajah saya, mbak-mbak bikuni itu menambah informasi penting ini, ”Kalau mau, kami juga ada kamar mandi privat. Nanti kunci bisa diambil di resepsionis,” ujarnya sambil senyum. Fiuh….

Tanpa daging

”Makan malam sudah siap,” panggil Sasaki-san mengagetkan. Tiba di ruang makan, ada biksu sedang menyiapkan shojin ryori, hidangan tanpa daging atau bumbu beraroma tajam.

Hidangan yang berasal dari Tiongkok itu sudah diadaptasi para biksu di Jepang selama ratusan tahun. Sesuai ajaran Buddha, semua bahan harus nonhewani dan hidangannya harus selalu berdasarkan prinsip lima rasa, lima cara memasak, dan lima warna.

Ada nasi, sayuran digoreng, tofu dipanggang, tofu dibuat acar dan salad, mi udon, salad kentang, kedelai fermentasi, jamur shiitake, sup rumput laut, teh hijau, dan buah.

Bintang utamanya koya-dofu (tofu kering yang dibekukan) dan goma-dofu (terbuat dari biji wijen) yang bertekstur lembut. Karena tak boleh ada protein hewani, tofulah yang menjadi sumber protein bagi biksu. ”Kira-kira begini makanan biksu,” kata Masanobu-san.

Ibadah pagi

Seperti kebiasaan biksu, tamu juga tidur beralaskan futon (kasur tipis padat) di lantai dengan bantal kecil isi biji-bijian yang ternyata nyaman. Membuka jendela kamar seperti membuka pintu ke-mana-sajanya Doraemon karena terhampar pemandangan taman di latar depan dan bukit dengan pepohonan lebat di latar belakang.

Biksu Jiyun Inaba dari Seksi Urusan Internasional di kantor pusat Koyasan Singon Buddha Kongobuji yang kami temui sebelumnya menceritakan, setelah bertahun-tahun keliling ke segala penjuru negeri pada abad ke-8, Kobo Daishi akhirnya memilih Koyasan karena lokasinya tersembunyi dan jauh dari riuhnya urusan duniawi.

KOMPAS/LUKI AULIA Di Koyasan, Prefektur Wakayama, terdapat 117 kuil, 52 kuil diantaranya menyediakan penginapan bagi calon biksu maupun wisatawan. Seperti Kuil Jofukuin yang berada di pinggir jalan utama Koyasan ini.
Ketertarikan Kobo Daishi pada ajaran Singon Buddha muncul setelah ia bertemu dengan pendeta Buddha. Ia lalu meninggalkan kuliah demi mendalami ajaran Buddha di usia 20 tahun.

Pada tahun 804, Kobo Daishi ikut rombongan misi diplomatik Jepang ke Tiongkok. Di sana ia belajar kepada banyak biksu dari beragam kuil tentang ajaran Buddha, India, dan Sanskerta.

Dua tahun kemudian ia kembali ke Jepang dan mulai menyebarkan Singon Buddha yang merupakan bentuk Tantrayana atau Wajrayana dari India dan terkait dengan Buddha di Tibet.

Lamunan tentang kisah perjalanan spiritual Kobo Daishi buyar setelah mendengar bunyi lonceng dari lantai bawah. Saatnya ibadah pagi pukul 6. Tamu boleh menyaksikan ritual ibadah yang dipimpin kepala biksu Kuil Jofukuin selama satu jam.

Ruangan remang-remang dengan pencahayaan dari lilin dan lentera di langit-langit itu penuh terisi tamu dan para biksu yang menunggu dalam diam. Aroma ruangan wangi dari asap tipis dupa yang dipasang di beberapa titik.

Saat para biksu yang ada di sisi kiri kanan altar membaca mantra atau doa bersama-sama, terdengar persis seperti orang tahlilan. Ritmis, tetapi sesekali diselingi suara lonceng yang dipukul lirih.

KOMPAS/LUKI AULIA Ibadah pagi di kuil. Setiap pagi jam 06.00 ada ibadah pagi di kuil di dalam penginapan kuil Jofukuin, Koyasan. Tamu diperbolehkan ikut berdoa atau melihat prosesi ritual ajaran Singo Budha di Jepang.
Sebelum kembali ke Tokyo, kami menapak tilas situs-situs suci penting seperti Okunoin, situs paling suci di Koyasan. Di sepanjang 2 kilometer jalan setapak dari bebatuan sampai tempat peristirahatan abadi Kobo Daishi yang sunyi sepi, terdapat lebih dari 200.000 batu nisan makam, monumen peringatan, dan tugu peringatan di antara pepohonan cedar lebat berusia ribuan tahun.

Kobo Daishi, kata Inaba-san, masih ada di situs ini menjalani pertapaan abadi. Setiap pukul 6 dan 10.30 pagi, para biksu membawakan makanan untuk Kobo Daishi. Karena omongan Inaba-san itu, sembari berjalan ke pintu keluar, saya beberapa kali menengok ke arah situs itu sambil berharap bisa bertemu lagi di lain kesempatan. (LUKI AULIA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Oktober 2016, di halaman 28 dengan judul "Bergaya Hidup ala Biksu".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com