Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menenun Ragi, Menjaga Tradisi Wakatobi

Kompas.com - 07/11/2016, 13:26 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

(Baca: November-Desember ke Wakatobi, Jangan Ketinggalan Festival Ini!)

Untuk feminin, warna yang mewakili adalah kuning, merah, ungu dan warna-warna terang lainnya. Sementara untuk maskulin, biasanya warna redup, tenang, namun menguatkan, sesuai dengan karakter laki-laki.

Rusnia mematok harga kain yang dihasilkannya serentang Rp 200.000 hingga Rp 1.000.000. Harga ini bergantung pada tingkat kehalusannya. 

Semakin halus kain ikat tersebut atau kehalusannya mendekati sutera, akan kian mahal harganya.

Menurut Rusnia, kain Ragi dan Laga ini bukan sekadar tradisi turun temurun yang diwariskan leluhurnya, melainkan tentang keberlanjutan masa depan.

Dengan menenun, warga Desa Pajam mampu berkeekonomian mandiri, tidak bergantung pada bantuan pemerintah semata.

Dalam sebulan, kata Rusnia, Kelompok Tenun Ikat "Djalima" mampu menghasilkan omset pendapatan lebih dari Rp 20 juta.

Karena itu, Kelompok Tenun Ikat "Djalima" juga mengajak dan membina generasi muda di Desa Pajam, Kaledupa, untuk menjaga dan merawat tradisi menenun. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com