Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Meresapi Keindahan Sendratari Ramayana di Uluwatu

Kompas.com - 09/11/2016, 05:19 WIB
Silvita Agmasari,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

PECATU, KOMPAS.com - Puluhan pria bertelanjang dada membentuk formasi lingkaran. Menyerukan kata "Cak! Cak! Cak! dengan serentak. Di balik mereka, surya turun perlahan. Tenggelam dengan anggun memantulkan warna jingga keemasan. Angin menerpa wajah dengan lembut, membuat saya terhanyut dalam momen magis.

Itulah yang saya rasakan empat tahun lalu, tepatnya tahun 2012 saat menonton sendratari Ramayana di komplek Pura Uluwatu, Pecatu, Bali

Oleh karena itu, saat saya diberitahu jadwal perjalanan familiarization dari The Anvaya Beach Resort Bali, Jumat (4/11/2016) salah satunya adalah menonton sendratari Ramayana di Uluwatu saya begitu semangat. Pikiran melayang ke momen yang membekas bagi saya empat tahun lalu.   

Saya dan teman-teman media lainnya sampai sekitar pukul 17.30 Wita di gerbang komplek Pura Uluwatu. Seperti biasa, Pura Uluwatu ramai dikunjungi oleh wisatawan dan juga penghuni lainnya, monyet-monyet lucu nan jahil.

Monyet di komplek Pura Uluwatu ini memang terkenal jahil, suka mengambil barang bawaan wisatawan. Namun hari itu, hanya terlihat satu monyet yang sedang asyik minum soft drink dari kaleng soft drink bekas wisatawan.

Tak nampak kawanan monyet lainnya, padahal saya dan teman-teman sudah siap dengan gempuran isengan monyet, dengan memasukkan aksesoris seperti topi dan kacamata ke dalam tas.

Kami terus berjalan menuju lokasi pementasan sendratari Ramayana. Letaknya di bagian ujung komplek Pura Uluwatu. Betapa terkejut ketika memasuki lokasi pementasan, ternyata seluruh kursi penonton sudah terisi penuh.

Sekitar 1.000 penonton sudah memadati kursi penonton. Kami tak terlambat tiba sebenarnya, tetapi penonton lain sudah datang lebih awal untuk mendapat duduk tempat terbaik.  

Akhirnya saya dan teman-teman media lainnya mendapatkan kursi plastik yang sengaja ditambahkan untuk mengatasi jumlah penonton yang ramai. Kursi plastik ini berada persis di bagian barat panggung. Dengan kata lain, saya dan teman-teman duduk membelakangi matahari tenggelam. 

Tak lama kami duduk para penari kecak yang terdiri dari sekitar 50 orang pria memasuki panggung, duduk dengan formasi lingkaran. Sebelum menari, ada pendeta yang mendoakan mereka dan menyiramkan air suci. Tari kecak kemudian dimulai. Suara "Cak-Cak!" bergemuruh memberi kesan magis bagi penonton. 

Ternyata saat Tari Kecak berlangsung masih ada penonton yang terus masuk ke lokasi. Karena tempat duduk sudah penuh, penonton ini duduk di pinggir panggung. Para penari kecak terus menari dan menyanyi, tak lama pemeran Rama dan Shinta masuk ke tengah formasi penari kecak, dan menari.

Saat itu, penonton yang terlambat masih terus masuk ke lokasi pementasan sendratari. Jumlahnya makin banyak. Saya akhirnya merasa terganggu, karena konsentrasi menonton buyar dengan kehadiran penonton terlambat dan jadi ikut berpikir di mana lagi mereka harus duduk, toh semua tempat hampir penuh.

Akhirnya para penari kecak terus merapatkan duduknya ke depan, memberi tempat bagi penonton yang terlambat. Lama kelamaan, nampak tak wajar. Jarak penonton dan penari kecak hanya berjarak satu langkah saja.

"Sekalian saja mereka ikut menari," kata salah satu penonton yang rupanya juga ikut terganggu dengan ramainya penonton.  

Keadaan ini terus berlangsung di 15 menit awal tarian. Akhirnya gelombang ketibaan penonton terlambat berhenti. Lebih dari 1.000 orang menonton sendratari Ramayana hari itu. Namun belum lama menyerapi kisah Shinta yang diculik oleh Rahwana, keasyikkan saya menonton kembali terganggu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com