BRUSSELS, KOMPAS.com - Suhu udara yang berkisar antara 2-4 derajat Celcius yang menyelimuti kota Brussels, Belgia, di akhir November memang menusuk tulang.
Brussels, yang juga adalah ibu kota Uni Eropa, memiliki banyak hal untuk dijelajahi, tetapi karena terbatasnya waktu maka Kompas.com hanya memilih lokasi tertentu untuk dikunjungi.
Salah satunya adalah Grote Markt, lapangan paling banyak dikunjungi warga dan wisatawan di Brussels.
Di tempat ini banyak berdiri bangunan bersejarah, kerap digelar atraksi hiburan, serta kawasan belanja suvenir hingga kuliner khas Belgia.
Grote Markt yang berukuran 68 kali 110 meter itu merupakan salah satu kawasan warisan budaya UNESCO.
Untuk mencapai tempat ini, Kompas.com berjalan kaki menyusuri jalan berlapis batu Rue de la Colline yang sempit dan diapit berbagai toko suvenir dan cokelat.
Tak sampai lima menit dibutuhkan untuk menyusuri jalan sempit itu dan saat tiba di ujungnya sebuah lapangan terbuka yang diapit berbagai gedung kuno langsung tersaji di depan mata.
Balai kota Brussels
Fitur paling menonjol dari bangunan abad pertengahan ini adalah menara setinggi 96 yang selesai dibangun pada 1454.
Di puncak menara itu berdiri sebuah patung logam malaikat Mikael setinggi lima meter yang diyakini sebagai pelindung kota Brussels.
Bangunan ini sepanjang sejarahnya pernah digunakan untuk berbagai fungsi selain sebagai kantor pemerintahan.
Salah satu fungsinya adalah sebagai rumah sakit darurat dan penampungan pengungsi di saat Perang Dunia I pecah.
Museum kota Brussels
Museum yang didedikasikan untuk menampung sejarah dan legenda kota Brussels ini, merupakan gedung tua yang dibangun pada 1860 dan resmi digunakan pada 1997.
Gedung museum ini berada di seberang gedung balai kota dan dikenal dengan nama Maison du Roi (Rumah Raja). Bangunan ini juga masuk ke dalam daftar bangunan cagar budaya UNESCO.
Saat gedung ini dibangun, kawasan di sekitarnya merupakan pasar pakaian dan roti. Sehingga warga berbahasa Belanda itu hingga kini masih menyebut bangunan tersebut sebagai Broodhuis alias rumah roti.
Rumah Karl Marx
Sebagai sebuah bangunan, tempat ini bukan tempat yang istimewa. Namun, penghuni tempat inilah yang membuatnya menjadi istimewa.
Gedung ini menjadi satu dari lima lokasi yang menjadi tempat Karl Marx menulis bukunya Manifesto Komunis saat tinggal di Brussels, setelah diusir pemerintah Perancis.
Di salah satu sudut di dinding bangunan ini ditempel sebuah plakat yang ditulis dalam bahasa Latin, Ici Vecut Karl Marx 1846-1849 atau di sini tinggal Karl Marx.
Mengelus patung Everard t'Serclaes
Itu adalah patung Everard t'Serclaes (1320-1388), seorang bangsawan asal Brussels yang terkenal setelah merebut kembali kota itu dari tangan bangsa Flemmings.
"Orang di sini percaya siapa saja yang mengelus patung ini akan kembali ke Brussels," kata Ance Maylani, Sekretaris Pertama Fungsi Diplomasi Publik, Penerangan, dan Sosial Budaya KBRI Brussel.
Memang benar, puluhan wisatawan silih berganti mengelus patung tersebut, terutama di bagian tangan yang diyakini bisa membuat si pengelus kembali ke Brussels.
Apakah benar keyakinan masyarakat itu? Yang jelas, karena sering dielus maka kilau patung logam ini tetap terjaga.
Istana kerajaan Belgia
Istana ini terletak di depan Taman Brussels dan dibangun pada 1818-1820. Meski demikian, pembangunan tambahan terus dilakukan hingga 1934.
Bagian depan istana ini memiliki ukuran 50 persen lebih panjang dari Istana Buckingham, London. Namun, luas lantai 33.027 meter persegi hanya separuh dari luas Istana Buckingham.
Sayangnya, istana ini hanya dibuka untuk umum pada Juli hingga September. Sehingga Kompas.com yang berkunjung pada November tahun ini hanya bisa menikmati kemegahan istana itu dari luar.
Selain sebagai tempat tinggal keluarga kerajaaan, istana tersebut juga digunakan untuk menerima para tamu negara dan menggelar berbagai ajang kenegaraan.
Taman Brussels
Taman ini dibangun pada 1776-1783 di lokasi bekas istana Coudenberg, yang pernah menjadi pusat pemerintahan selama 700 tahun sebelum dihancurkan pada 1731.
Taman Brussels ini dibangun dengan gaya geometris neoklasik oleh Gulles-Barnabe Guimard dan Joachim Zinner.
Di taman seluas 13, 1 hektar ini dikelilingi dua baris pohon jeruk yang pada musim panas pemandangannya akan sangat indah.
Namun karena Kompas.com berkunjung pada saat musim dingin, hampir semua pohon meranggas tanpa daun di dahan-dahannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.