Selain Tabot, wisata budaya yang dapat dinikmati pengunjung adalah kerajinan batik besurek. Namun, akibat sedikitnya perajin, cukup sulit melihat langsung perajin yang sedang membuat kain besurek.
Kondisi inilah yang membuat Pemda Bengkulu mulai menggalakkan kembali kerajinan kain besurek di Bengkulu. Upaya yang dilakukan adalah mendirikan kampung batik dan melatih sekitar 50 orang menjadi perajin batik.
Infrastruktur
Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti mengatakan, komitmen untuk membangun kawasan wisata dilakukan dengan memperbaiki infrastruktur jalan. Pada 2017, Pemda Bengkulu akan menganggarkan dana Rp 1 triliun untuk memperbaiki jalan dan jembatan.
Pemda Bengkulu juga mencanangkan Visit Bengkulu tahun 2020. Selama empat tahun ke depan, jumlah wisatawan ditarget naik dari 350.000 menjadi 700.000 orang.
Pengamat budaya dari Universitas Bengkulu, Agus Setiyanto, menuturkan, upaya pelestarian kain besurek tak cukup dengan memberikan keterampilan membatik. Lebih dari itu, pemerintah harus menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan masyarakat Bengkulu pada batik besurek.
Ia juga mengingatkan, pembangunan pariwisata harus sejalan dengan kearifan lokal. Bengkulu memang mempunyai potensi wisata yang layak dipromosikan. Namun, jangan sampai nilai-nilai budaya lokal tergerus seiring dengan semakin terbukanya Bengkulu bagi para pelancong. (VINA OKTAVIA)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 Desember 2016, di halaman 24 dengan judul "Menjual Wisata Alam, Sejarah, dan Budaya".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.