Tak hanya keindahan mangrove atau kesunyian di kala malam atau langit biru berpadu laut yang disajikan di tempat itu, Pulau Osi juga menawarkan keindahan bawah laut lewat terumbu karang.
Itu yang membuat wisatawan tergila-gila datang ke tempat itu. Dari Pulau Osi, wisatawan bisa menjelajah pulau-pulau terdekat, seperti Pulau Marsegu (pulau habitat kelelawar) dan Pulau Buano yang tak kalah indahnya.
Bangun pariwisata
Pariwisata di Pulau Osi mulai terkenal sejak masyarakat membangun jembatan panjang itu sekitar 2007. Setiap keluarga menyumbang kayu dan tenaga.
Pembangunan dilakukan bertahap. Uang karcis yang dibayar pengunjung dipakai untuk perawatan jembatan.
”Kalau untuk hari biasa pendapatan dari karcis masuk sekitar Rp 100.000, sedangkan hari libur sekitar Rp 300.000,” ujar Samadu.
Abidin Siompo (59), pensiun pegawai salah satu badan usaha milik negara, kini pulang kampung untuk menghidupkan pariwisata Pulau Osi. Dialah pemilik My Moon Daud Resort.
Selain menyediakan penginapan seharga Rp 400.000 per malam, juga ada keramba ikan. Tamu bisa memancing sendiri ikan.
”Saya yang pertama kali membangun resor di Pulau Osi. Orang asli daerah harus memanfaatkan peluang ini. Jangan sampai kami jadi penonton,” katanya.
Indago Resort and Restaurant yang baru dibuka tahun lalu juga menawarkan harga penginapan yang sama. Kini Pulau Osi semakin ramai atas partisipasi masyarakat membangun pariwisata.
Yang perlu diperhatikan pemerintah adalah akses jalan menuju Pulau Osi sejauh 4 kilometer yang sampai saat ini masih berupa jalan tanah. (Frans Pati Herin)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Februari 2017, di halaman 24 dengan judul "Menghirup Kedamaian di Pulau Osi".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.