Pada akhir 2016, Johan mendapatkan surat dari Pemerintah Kota Palembang yang meminta warga untuk mengecat bagian depan toko dengan warna yang telah ditentukan. Apabila tidak dilaksanakan, pemkot akan mengevaluasi keberadaan toko.
Walau harus mengeluarkan biaya banyak, ia senang karena toko lebih terawat. ”Terlihat lebih bagus. Mudah-mudahan pengunjung bisa lebih banyak,” katanya.
Berharap lebih ramai
Harapan itu terucap karena sejak lima tahun lalu pembeli di pertokoan Jalan Jenderal Sudirman cenderung sepi. Jalan Sudirman semakin sempit. Pembeli enggan untuk berhenti karena tidak ada ruang parkir.
Harapan serupa disampaikan Hasan (40), karyawan Toko Buku Penuntun. Dia mengatakan, sejak kawasan Sudirman dibenahi, banyak wisatawan yang berlalu-lalang.
Tidak hanya wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan mancanegara yang berjalan-jalan dan membeli sesuatu di beberapa toko. ”Kami berharap kawasan ini lebih ramai dari sebelumnya,” ucap Hasan.
Kepala Seksi Sejarah Dinas Kebudayaan Kota Palembang Iwan Setiawan mengatakan, Jalan Jenderal Sudirman dibangun pada masa kolonial Belanda. Pada 1822 hingga 1945, Belanda memang menguasai Palembang.