SEMARANG, KOMPAS.com - Pesta menyambut kehadiran bulan Ramadhan di Kota Semarang, Jawa Tengah dilakukan dengan gelaran budaya. Kota lumpia itu menyelenggarakan pesta budaya bernama Dugderan.
Ribuan orang warga Semarang datang dan menyaksikan pesta itu. Warga Semarang larut dalam kegiatan budaya yang dibuka oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.
Dalam acara budaya ini, Hendrar juga memakai kostum Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat.
Dugderan dimulai pada Kamis (25/5/2017) siang kemarin, start dari Balaikota Semarang, menuju Masjid Agung Kauman.
Hendrar Prihadi mengatakan, dugderan adalah acara budaya yang digelar khusus menyambut bulan Ramadhan. Tahun ini, dugderan digelar dengan tajuk “Meneguhkan Hati Warga Semarang, Menuju Semarang Hebat.”
Dugderan dimanfaatkan oleh Wali Kota Semarang untuk mengajak warganya berpartisipasi dalam pembangunan daerah.
“Saya sampaikan, mari bersama-sama melakukan percepatan pembangunan sesuai kemampuan masing-masing. Pemerintah saja tidak bisa cepat membangun kota ini,” katanya.
“Jadi gak perlu tanya apa yang Semarang sudah yang berikan ke saya, tapi apa yang sudah kita berikan ke Semarang. Konsep ini akan kita lakukan terus menerus, agar bisa melakukan kegiatan partisipatif sebagaimana kampung tematik,” ucapnya.
Dengan kontribusi warga Semarang, Hendrar yakin pembangunan kota akan lebih bergeliat.
“Semarang ini tempat sorotan warga di luar Semarang datang untuk berinvestasi, wisata. Ini ujungnya pasti pembangunan tidak berdasar APBD, tapi pembangunan juga sudah melalui swasta,” harapnya.
Di Masjid Kauman, ada prosesi utama dalam tradisi dugderan ini, yaitu penyerahan Suhuf Halaqah.
Para tokoh ulama dari Masjid Agung Kauman memberikan suhuf itu kepada Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat, dalam hal ini Wali kota Semarang untuk dibacakan kepada seluruh warga Kota Semarang.
Seusai suhuf dibacakan, kemudian dilanjutkan dengan pemukulan bedug, yang disertai suara meriam. Dua istilah itu yang kemudian dikenal dugderan.
Seusai prosesi itu, makanan khas Semarang Ranjel Rel dibagikan kepada warga sekitar. Seusai di Masjid Kauman, rombongan kemudian menuju Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) melalui Jalan Kartini.
Dugderan sendiri telah digelar rutin sejak tahun 1881. Karnaval budaya selalu berhasil menarik animo warga. Kegiatan itu juga bentuk guyub rukun dan kesatuan warganya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.