Perjalanan dengan perahu memakan waktu sekitar 20 menit. Perahu diarahkan mendekati pepohonan di pinggir pulau.
Di pohon itu bertengger terbalik ribuan kelelawar. Petugas konservasi kemudian menyalakan sirine dari alat pengeras suara. Mendengar suara yang mengganggu itu, kawanan kelelawar langsung berterbangan dan berputar-putar. Ukurannya ternyata relatif besar.
Informasi dari petugas, kelelawar itu akan terbang mulai petang ke daratan di Flores untuk mencari makan. Lalu kembali ke pulau.
Setelah puas melihat kelalawar, kami kembali ke dermaga di Riung. Saya sempat singgah di kantor salah satu penyedia jasa wisata Taman Laut 17 Pulau Riung yang lokasinya tak jauh dari dermaga.
Di sana saya bertemu Muhlis Manepo (50), salah satu pengelola wisata. Ia bercerita, mayoritas wisatawan yang datang ke Riung adalah turis asing.
"Paling ramai bulan Agustus dan September," ucap Muhlis.
Muhlis menjelaskan, biasanya turis yang datang ingin menikmati taman bawah laut. Sayangnya, belum ada penyewaan alat menyelam di Riung. Hanya ada peralatan untuk selam permukaan yang disewakan.
Jadi, para penyelam harus membawa peralatan sendiri jika ingin menikmati surga bawah laut. Ada belasan titik menyelam di kawasan tersebut.
Adapula turis yang ingin menginap di salah satu pulau. Biasanya, mereka yang berkemah adalah rombongan keluarga. Muhlis mengatakan, biaya untuk berkeliling Taman Laut 17 Pulau Riung paling murah Rp 800.000 untuk 2-3 orang.
"Dari jam 8 pagi sampai 4 sore. Kita bawa ke empat titik untuk snorkeling. Sudah dapat makan," ucap Muhlis.
Adapun untuk berkemah, biayanya Rp 3 juta untuk dua orang. Tenda dan makanan akan disediakan. Biaya bisa berubah tergantung permintaan wisatawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.