Sejak saat itu, bangunan hotel direnovasi total dengan mendatangkan Building Contruction, A.I.A dari Belanda.
Baca juga : 7 Penginapan Murah Meriah di Dekat Stasiun Malang
Pembangunan itu selesai pada tahun 1915 dan menjadi hotel terbesar di Malang dengan 125 kamar. Saat itu, nama hotel berganti menjadi Palace Hotel.
"Waktu itu hotel ini terbesar di Malang dengan jumlah kamar 125 kamar. Rata-rata pengusaha Belanda yang menginap," jelasnya.
Selain terbesar, hotel itu juga menjadi hotel termegah lengkap dengan lukisan-lukisan yang didatangkan langsung dari Belanda. Di antaranya adalah lukisan keramik di Lodji Coffe Shop and Resto yang masih bertahan hingga saat ini.
Di depan hotel itu juga berdiri bangunan Twin Tower. Bangunan menara kembar itu merupakan benteng saat ada serangan terhadap Bangsa Belanda yang tengah bermalam di hotel tersebut.
Namun, menara kembar itu tidak bisa dipertahankan. Bangunan itu hancur saat agresi militer pertama pada tahun 1947.
Baca juga : Sumber Pitu, Air Terjun Andalan Malang
Setelah sekian lama menjadi milik seorang residen, hotel itu akhirnya perpindah tangan saat memasuki masa penjajahan Jepang ke Bumi Nusantara.
"Saat masa penjajahan Jepang berubah nama menjadi Asoma," ungkapnya.
Setelah itu, hotel itu mengalami sejumlah perubahan nama dan berpindah kepemilikan. Sampai akhirnya pada 1963, hotel itu dibeli oleh Sjachran Hoesin, seorang pengusaha asal Banjarmasin.
Lalu pada masa Orde Baru, sekitar tahun 1968, hotel itu berubah nama menjadi Hotel Pelangi. Nama itu bertahan hingga saat ini.
"Berubah nama pelangi setelah masuk Orde Baru. Memang disuruh pemerintah untuk mengubah nama jadi Hotel Pelangi," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.