Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjelajahi Desa Tenun di Manggarai Timur, Flores (1)

Kompas.com - 10/02/2018, 10:06 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para misionaris Eropa yang mengabdi di Wilayah Elar dan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur sudah mengenal dan memahami keunikan-keunikan yang dimiliki warga setempat sejak 1937.

Misionaris pertama yang berani melayani umat dan warga di wilayah itu adalah Pastor Yohanes Swinkels, SVD. Pastor ini berkarya sejak 1937-1947. Karyanya dilanjutkan oleh rekan se ordonya, Pastor Petrus C. De Graaft, SVD dari 1948-1964. Selanjutnya diteruskan oleh Pastor Otto Vollert SVD.

Karya-karya pelayanan imam-imam itu selalu bersentuhan dengan budaya setempat selain mewartakan persaudaraan dan perdamaian serta toleransi. Saat itu ada sesama saudara Muslim yang hidup di wilayah pelayan mereka, tetapi mereka rukun hingga saat ini.

(Baca juga : Podo Puzu, Ritual Mistis Suku Kengge di Flores)

Warga setempat sudah memiliki warisan leluhur menenun kain khas kedaluan Rembong dan Biting. Kedaluan adalah sebuah wilayah terkecil di bawah wilayah kerajaan. Kini sistem kedaluan sudah perlahan-lahan tidak memiliki wilayah kekuasaan akibat masuknya sistem pemerintahan Indonesia dengan sebutan pedesaan.

Seorang petani sedang melintasi jalan berlumpur di Wilayah Elar, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (28/1/2018).KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Seorang petani sedang melintasi jalan berlumpur di Wilayah Elar, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (28/1/2018).
Era itu pada misionaris Katolik berkarya di wilayah kekuasaan kedaluan (hamente) Rembong dan Biting. Imam-imam itu memiliki kemampuan komunikasi dengan memulai belajar daerah setempat.

Satu per satu bahasa lokal setempat diucapkannya sehingga warga sangat menerima kehadiran mereka. Sebelum memulai karya pelayanan, imam-imam itu belajar bahasa setempat dan bahasa Indonesia. Mereka sangat fasih menggunakan bahasa Manggarai dan bahasa Indonesia.

(Baca juga : Menikmati Kopi Flores di Kafe La Bajo Labuan Bajo)

Warisan leluhur yang diwariskan secara turun temurun adalah kain tenun khas Rembong dan Biting. Kaum perempuan di wilayah Kecamatan Elar memegang teguh warisan itu.

Jalan berlumpur di Wilayah Elar, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (28/1/2018).KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Jalan berlumpur di Wilayah Elar, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (28/1/2018).
Hingga di era teknologi ini, warisan itu tetap di pertahankan dan dilestarikan. Kaum perempuan pelosok-pelosok Elar tetap menenun kain tenun.

Kain tenun selalu di pakai dalam berbagai ritual-ritual adat, acara perkawinan juga saat seseorang meninggal dunia. Kaum perempuan setia merawat dan menjaga warisan yang memiliki keunikan-keunikan tersendiri.

Kain tenun juga sebagai penghargaan dan penghormatan kepada leluhur di wilayah itu yang sudah diwariskan. Ini juga sebagai kebanggaan dalam suatu wilayah dari zaman dulu hingga saat ini dan seterusnya.

Peran kaum perempuan di wilayah itu sungguh hebat karena mereka belajar dan melatih diri secara otodidak. Mereka tidak kursus tapi mereka melihat langsung dari ibu serta mempraktikkannya. Mereka tidak membutuhkan teori melainkan langsung mempraktikkannya, baik di rumah-rumah maupun ketika ibu mereka menenun kain di pondok-pondok di kebun.

(Baca juga : Mbaru Gendang Ruteng Puu, Kampung Adat Tertua di Flores Barat)

Hebatnya, mereka menenun kain tenun di waktu senggang. Mereka tetap kerja kebun di musim tanam. Bahkan, ladang-ladang mereka ditanami berbagai jenis tanaman padi dan jagung.

Zaman dulu mereka sistem menanam di ladang karena mereka tidak terbiasa dengan lahan persawahan. Hingga saat ini lahan kering dimanfaatkan untuk menanam berbagai jenis tanaman demi keberlangsungan hidup keluarga.

Merawat Warisan Leluhur

Hanya perempuan yang mampu merawat warisan leluhur, khususnya warisan kain tenun. Sebelum ada lembaga pendidikan, kaum perempuan sudah terlebih dahulu belajar menenun secara langsung dari ibu mereka.

Berawal dari melihat cara menenun ibu sejak usia dini, melihat cara-cara memasukkan benang dengan peralatan tenun. Merajut benang-benang itu untuk membentuk sebuah kain. Ketika seorang perempuan beranjak dewasa, seorang ibu mulai melatihnya dan mempraktikkannya.

Seorang ibu setia melatih dan memberikan dorongan kepada anak perempuan agar bisa menenun sendiri kain tenun untuk kebutuhan dirinya maupun untuk kebutuhan keluarga.

Perjalanan menuju Wilayah Elar dan Elar Selatan, di Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (28/1/2018).KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Perjalanan menuju Wilayah Elar dan Elar Selatan, di Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (28/1/2018).
Perempuan yang tersebar di pelosok-pelosok Manggarai Timur bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Mereka sangat setia, tekun dan merawat warisan leluhur.
Sesungguhnya perempuan yang tersebar di pelosok-pelosojk itu sungguh sangat hebat. Namun, kadang-kadang tidak dihargai karyanya. Namun, mereka tetap bekerja tanpa kenal lelah.

Mereka sering memanfaatkan waktu luang pada malam hari apabila urusan domestik dalam keluarga untuk melayani suami dan anak-anak selesai dilaksanakan. Mereka biasanya menenun di sudut dapur bersebelahan dengan tungku api. Sehari-hari seorang perempuan yang sudah berkeluarga harus bekerja ekstra keras di dalam rumah, seperti memasak, menimba air, bekerja di ladang serta melayani kebutuhan suaminya.

Sesungguhnya yang bekerja sangat total di kampung-kampung adalah kaum perempuan. Namun, sistem patrilineal membuat kaum perempuan kadang-kadang tidak diperhitungkan.

Penopang Hidup Keluarga

Selain penghasilan suami dari kerja harian di kampung-kampung, perempuan juga mencari cara untuk menambahkan penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hasil tenun yang dirajutnya dijual ke pasar dan pelanggan yang datang langsung di rumahnya.

Penenun di FloresKOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Penenun di Flores
Selain itu ada juga diberikan secara cuma-cuma kepada famili dan anggota keluarga yang sangat membutuhkannya. Nilai sosialnya juga sangat tinggi walaupun untuk menghasilkan satu kain tenun membutuhkan waktu sebulan atau dua bulan, apabila tidak sibuk dengan pekerjaan lainnya.

Kebutuhan hidup keluarga tak cukup dengan penghasilan suami, juga menjual hasi bumi seperti padi, jagung, vanili, kakao, cengkeh, kopi dan lain sebagainya. Apalagi di era sekarang dengan kebutuhan hidup keluarga yang semakin tinggi.

Penjualan hasil bumi untuk membiayai pendidikan anak-anak dan biaya adat membuat kaum perempuan bekerja ekstra keras dengan menenun kain.

Selain memenuhi kebutuhan keluarga, kebutuhan untuk berkomunikasi juga semakin meningkat karena teknologi yang memudahkan untuk berkomunikasi dari sudut negeri untuk sesama saudara atau anak-anak yang sedang sekolah di tempat jauh.

Kebutuhan untuk membeli pulsa bagi handphone juga tidak bisa dibendung lagi. Bahkan, membeli handphone untuk memudahkan berkomunikasi menjadi sebuah kebutuhan primer dalam diri warga di seluruh pelosok-pelosok negeri ini.

Jelajah Desa Tenun

Sejak Minggu (28/1/2018), Kompas.com bersama dengan Benediktus Adeni (sopir) dan Levi Betaya melaksanakan perjalanan dari Kota Borong menuju ke wilayah Elar. Kompas.com sudah mengumpulkan banyak informasi yang berkaitan dengan keunikan-keunikan di wilayah itu. Salah satunya adalah informasi tentang kain tenun khas Rembong dan Biting.

Kami berangkat pukul 13.00 Wita melintasi kawasan hutan konservasi Banggarangga, kawasan kopi colol di Kecamatan Pocoranaka Timur, selanjutnya ke wilayah Watunggong, Kecamatan Sambirampas.

Memasuki wilayah Elar, kami ditantang dengan jalan yang parah, walaupun sebagian di aspal. Memasuki wilayah Elar, sang sopir harus hati-hati mengendarai kendaraan karena melintasi jalan rusak, berlumpur, apalagi saat musim hujan saat ini.

Nyawa kami dipertaruhkan dalam tangan sang sopir agar selamat dalam perjalanan. Beruntung sang sopir berpengalaman dalam mengendarai kendaraan di medan berat.

Kami menghibur diri dengan berbagai cerita-cerita humor ala kadarnya agar perjalanan kami tidak jenuh dengan medan yang sangat berat. Kami bersyukur kepada sopir yang penuh kehati-hatian dalam mengendarai kendaraan hingga kami tiba dengan selamat di tempat tujuan.

Penenun flores di Wilayah Elar, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (28/1/2018).KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Penenun flores di Wilayah Elar, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (28/1/2018).
Kami tiba sekitar 20.30 Wita. Perjalanan melelahkan. Namun, itulah tantangan nyata bagi seorang jurnalis untuk berkarya di wilayah yang masih minim infrastruktur dasarnya. Kami tiba di rumah saudara Paskalis Peli Purnama.

Kami disapa dengan penuh keramahan dan penuh kekeluargaan, penuh persaudaraan. Selanjutnya kami disuguhkan kopi elar yang dilayani tuan rumah. Saat kami tiba satu per satu keluarga datang untuk bersalaman sambil minum kopi. Setelah itu, kami makan malam bersama keluarga di rumah itu.

Malam sebelum tidur, Kompas.com mengumpulkan informasi tentang berbagai keunikan-keunikan budaya setempat. Paskalis Peli Purnama menginformasikan keunikan-keunikan kaum perempuan di wilayah itu.

Kaum perempuan di wilayah itu tetap merawat warisan leluhur, salah satunya adalah menenun kain tenun khas wilayah itu. Selanjutnya kami istirahat malam untuk memulihkan tubuh yang lelah karena perjalanan masih panjang untuk berpetualang di medan berat keesokan harinya.

(Bersambung...)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com