Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disinggung Sandiaga Uno, Ini Asal-usul Kawasan Pecinan Glodok

Kompas.com - 16/02/2018, 19:20 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana untuk menjadikan kawasan Petak Sembilan, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat, untuk bisa menjadi cagar budaya yang menarik wisatawan asing.

"Saya dan Pak Anies (Baswedan) ingin menjadikan ini salah satu wisata berbasis kebudayaan. Wisata di sini juga akan menarik kunjungan di China Town ini dari mainland China (China daratan)," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno di Vihara Dharma Bhakti, Jumat (16/2/2018).

(Baca juga : Ini Asal-usul Nama Glodok dan Pancoran di Jakarta)

Nah, sebenarnya seperti apa sejarah yang tersimpan di kawasan Petak Sembilan serta Glodok?

Kawasan Glodok sendiri dulunya dulunya merupakan bekas tempat isolasi kaum Tionghoa. Pada abad 17, Verenigde Oost Indie Compagnie (VOC) menempatkan masyarakat Tionghoa dalam satu wilayah yang kini dikenal sebagai Pecinan—wilayah di sekitar kawasan Wihara Dharma Bhakti.

Pedagang sayur di Pasar Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat. Glodok sebagai kawasan pecinan sebenarnya sudah eksis sejak lama, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda. Foto dipotret menggunakan kamera analog dengan film KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pedagang sayur di Pasar Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat. Glodok sebagai kawasan pecinan sebenarnya sudah eksis sejak lama, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda. Foto dipotret menggunakan kamera analog dengan film
Strategi itu diterapkan demi alasan keamanan para kolonis Belanda dan warga penghuni benteng pasca- Perang China yang diawali dengan pembantaian
10.000 orang Tionghoa di dalam Benteng Batavia, Oktober 1740.

Glodok dan Pancoran sejak dahulu menjadi urat nadi perekonomian Jakarta, bahkan di Indonesia hingga dekade 1990-an. Hingga saat ini, banyak pedagang grosir besar hingga eceran di kawasan Glodok.

(Baca juga : Menelusuri Jantung Budaya Pecinan Petak Sembilan)

Secara fisik, tidak banyak bangunan berlanggam Tionghoa tersisa di jalan utama Glodok- Pancoran. Akan tetapi, masyarakat yang menghuni adalah keturunan pemukim Tionghoa yang tinggal selepas Perang China (1740-1743) di Jawa.

Kawasan Pecinan Petak Sembilan, Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, Kamis (19/02/2015)Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Kawasan Pecinan Petak Sembilan, Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, Kamis (19/02/2015)
Beberapa bangunan berlanggam Tionghoa di sekitar Glodok bisa terlihat di bangunan-bangunan di dekat Hotel Novotel, Gajah Mada. Di sana, ada rumah bersejarah Candra Naya yang dulu dimiliki keluarga Mayor Khow Kim Am.

Pada abad ke-19, sekitar tahun 1800-an, Candra Naya merupakan ru­mah seorang mayor Tionghoa yang bertu­gas mengurusi kepentingan masyarakat Tionghoa di Batavia.

Pertokoan Glodok

Kawasan Glodok yang dikenal sebagai pusat perdagangan elektronik sendiri dulunya merupakan bekas Penjara Glodok yang angker. Lokasi ini berada di seberang Glodok-Pancoran di kawasan Harco. Sebelum terjadi kerusuhan Mei 1998, kawasan ini sempat menjadi pusat belanja elektronik bagi wisatawan Jepang, Taiwan, dan Hongkong.

(Baca juga : Jalan-jalan di Glodok, Jelajah Kelenteng Tua Hingga Pasar Unik)

Di Pinangsia, masyarakat bisa menemukan produk perlengkapan rumah tangga dan bangunan. Selain wisata belanja, pecinan Glodok-Pancoran juga merupakan situs sejarah awal mula Kota Jakarta. Setelah etnis Tionghoa bermukim dan membangun bisnis, serta perkebunan tebu, Batavia mulai berkembang pesat.

Jalan Pintu Besar Selatan di depan Plaza Glodok Jakarta Barat saat tergenang banjir setinggi pada Senin (21/1/2013). Di awal tahun 2014, genangan banjir masih terus melanda kawasan pertokoan ini. Akibatnya, para pedagang merugi.TRIBUNNEWS/HERUDIN Jalan Pintu Besar Selatan di depan Plaza Glodok Jakarta Barat saat tergenang banjir setinggi pada Senin (21/1/2013). Di awal tahun 2014, genangan banjir masih terus melanda kawasan pertokoan ini. Akibatnya, para pedagang merugi.
Penamaan kawasan Glodok juga punya cerita unik tersendiri. Orang zaman dahulu sangat gemar membuat nama tempat dari sebutan atau kondisi saat itu.

"Jadi, dulu itu di depan Balai Kota atau sekarang Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah) setiap sore masyarakat mengambil air bersih dari pancuran yang ada di depannya," ujar Adjie, pemandu dari Jakarta Food Adventure, dalam acara Explore Kota Tua & The Taste of Dutch & Betawi Culinary.

 

Sumber mata air pancuran tersebut berada cukup jauh, yakni sekitar tiga kilometer dari pancuran dan dialirkan menggunakan pipa. Lantas, apa hubungannya dengan kawasan Glodok?

"Sumber mata airnya berasal dari semacam kincir kayu yang terus berputar dan saat berputar mengeluarkan suara 'glodok, glodok'. Jadi, orang mulai memanggil tempat sumber mata air itu Glodok. Lalu, ada kawasan Pancoran dekat Glodok, sebenarnya itu berasal dari sebutan pancuran air," cerita Adjie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com