JAKARTA, KOMPAS.com - Berbeda dengan program destinasi digital yang diperuntukkan bagi wisatawan nusantara, nomadic tourism justru lebih menyasar wisatawan mancanegara atau kelas menengah ke atas (high-end).
Hal ini terbukti dari kisaran harga yang dicetuskan Menteri Pariwisata Arief Yahya untuk memasarkan nomadic tourism yang pertama akan diluncurkan di tiga destinasi prioritas pariwisata Indonesia.
“Jangan terbalik, justru pembangunan pertama nomadic tourism ini dikhususkan untuk wisatawan high-end. Satu malam di caravan-nya saja bisa USD 1.000,” tutur Arief di kantor Blue Bird Group Mampang, Jakarta, Senin (26/3/2018).
Jika dikonversikan USD 1.000 dengan kurs USD 1 sama dengan Rp 13.735, berarti menginap satu malam di caravan atau glamping mencapai lebih dari Rp 13 juta.
"Caravan kita ambil yang terbaik di dunia, ada di US dan Australia, kita ambil yang di Australia," tutur Arief Yahya.
Baca juga : Nomadic Tourism, Akankah Menjadi Solusi Infrastruktur Pariwisata?
Sebelumnya Menpar menjelaskan mengenai nomadic tourism yang merupakan konsep wisata temporer, baik akses ataupun amenitas. Hal menurutnya yang bisa diterapkan untuk menjangkau destinasi alam potensial di kepulauan yang sulit dijangkau, seperti Maluku dan sekitarnya.
Nomadic tourism berperan menjadi solusi sementara pembangunan bandara, hotel, maupun homestay yang membutuhkan waktu lama terlebih lokasinya di kepulauan. Konsep nomadic tourism menggunakan seaplane atau pesawat yang bisa mendarat di air sebagai aksesnya. Serta caravan, glamping dan home pod sebagai amenitasnya.
Menpar optimis, ke depannya anak muda bangsa akan lebih kreatif menyiasati modal yang tinggi salah satunya dengan sharing economy jenis baru. Ia mencontohkan tak harus membeli glamp camp atau caravan yang mahal. Para anak muda bisa bekerja sama menyulap kendaraan klasik.
"Saya tahu nanti anak-anak kita akan kreatif, tanahnya siapa saja akan dengan mudah bisa dikerjasamakan. Anak muda sekarang punya ide, meski minim modal atau lokasi, tinggal dikerjasamakan dan pilih mau buat nomadic tourism ataukah destinasi digital," kata Menpar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.