NGAWI, KOMPAS.com - "Kuliner Ngawi itu Tahu tepo, coba ke warung Mbok Nem," kata rekan asal Ngawi, Jawa Timur, Viema Mirzalita saat saya bertanya tentang kuliner khas Ngawi.
Rekomendasi itu saya ingat terus ketika menuju Ngawi dalam rangka perjalanan Merapah Trans Jawa 3 Kompas.com beberapa waktu lalu.
Begitu tiba di Ngawi, saya langsung mengikuti arah peta di Google Maps menuju Warung Tahu Tepo Mbok Nem di bilangan Jalan Dr. Soetomo. Rasa penasaran makin menjadi-jadi.
"Pesan satu pak tahu teponya," kata saya mengawali pesanan. Rekan setim saya lainnya turut memesan.
Warung Tahu Tepo Mbok Nem berukuran tak begitu besar. Bila bagian dalam warung terisi penuh, 20 orang pengunjung rasanya tak akan muat.
Penjual Tahu Tepo Mbok Nem, Sunarno (60) namanya. Ia merupakan anak dari pemilik warung yang bernama Suminem.
Ia melayani pengunjung bersama istri dan anaknya. Setiap hari, warungnya hanya buka pukul 17.00 - 21.00 WIB alias sore menjelang malam.
Sunarno langsung meracik pesanan tahu tepo saya. Dengan cekatan Sunarno memotong lontong dan meletakkan telur goreng, tahu goreng, tauge, kol, dan bawang goreng di piring.
Ia juga menambahkan kacang tanah goreng. Terakhir, ia menyiramkan bumbu kacang dan kuah gula merah ke bahan-bahan tahu tepo di piring.
Sunarno mengatakan asal nama tepo merupakan bahasa Jawa yang berarti kerucut. Kerucut itu merujuk pada bentuk lontong.
"Resepnya tahu tepo itu dari dulu sudah pakai telur. Kuahnya pedas dan manis," ujar Sunarno.
Sunarno mengatakan kuah cair tahu tepo dibuat dari bahan-bahan seperti bawang putih, gula merah, garam, lengkuas, daun salam, dan laos.
Semua bahan tersebut dididihkan dengan air dan lalu siap disajikan.
"Kalau kuah tahu tepo di Ngawi, kuahnya cair. Di Magetan ada tahu tepo tapi kuahnya kental," ujarnya.