Kemudian saat gempa susulan terjadi, mereka mengaku tak begitu merasakan karena masih dalam perjalanan menuju hotel di daerah Nusa Dua.
Sesampainya di hotel, mereka bertemu dengan wisatawan asing yang terlihat panik.
“Sampai di hotel ketemu turis dan mereka kebingungan. Mereka lumayan kelihatan khawatir, karena awalnya mereka mau pindah hotel ke daerah Kuta, tapi akhirnya minta tolong kami untuk telfon orang hotelnya agar dicancel,” jelas Krisna.
Kaget akibat gempa juga dirasakan Janine Groeneveld Warokka yang menginap bersama keluarga di Hotel Grand Inna Bali di Sanur. "Kami baik-baik saja. Cuma agak shock," katanya kepada KompasTravel.
Janine menuturkan, Sebelum gempa terjadi, dirinya hendak bersiap-siap turun ke lobby dari kamar di lantai 6.
"Saya lagi menunggu saudara di kamar sebelah yang lagi sibuk mengurus safety box-nya. Saya pas berada di gang depan kamar. Tahu-tahu bangunan hotel bergoyang dan melihat dinding hotel bergoyang. Wah ngeri amat, seperti mau roboh saja. Langsung saya teriak, turun.. turun! Karena yang lain masih sibuk di kamar," katanya.
"Saya terus turun tangga dan yang lain ikut juga. Di tangga sudah banyak yang mau turun. Kita ke arah kolam renang. Begitu berhenti, wah... jari gemetar saat menulis di Facebook," katanya.
Sebelumnya, BMKG menyatakan gempa Lombok memunculkan potensi tsunami terjadi di pantai Lombok Barat bagian utara dengan status waspada dan pantai Lombok Timur bagian Utara dengan status Waspada.
Namun, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono menyatakan peringatan tsunami telah berakhir pada Minggu malam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.