RANGGU, KOMPAS.com — Leluhur orang Kolang, Kecamatan Kuwus dan Kuwus Barat, Kabupaten Manggarai Barat, Flores Barat, Nusa Tenggara Timur mengisahkan kisah mistis Poso Kuwuh dan Watu Umpu.
Bahkan kisah itu diketahui oleh seluruh masyarakat di Kecamatan Pacar dan Macang Pacar. Dikisahkan secara turun temurun bahwa Poso Kuwuh itu nama orang. Poso Kuwuh adalah kakak. Sedangkan adiknya bernama Watu Umpu.
Kedua saudara kakan beradik ini hidup di lereng Poso Kuwuh ribuan tahun silam. Masih ditelusuri dua nama legenda itu, asal mula mereka dari mana, apakah mereka manusia pertama yang turun dari langit ataukah mereka memang sudah ada di lereng Poso Kuwus itu.
Baca juga: Turis Eropa Menari Sanggu Alu, Lipa Songke, dan Congkae Sae di Flores
Asal mula saudara kakak beradik ini, kae-ahe ini masih ditelurusi oleh para antropolog hingga saat ini. Mungkinkah mereka ini manusia pertama di kawasan Kolang. Jawabannya masih di telusuri jejak-jejak keduanya.
Konon legenda Poso Kuwuh dan Watu Umpu adalah kakak beradik. Mulanya sang adik tinggal serumah dengan kakaknya. Kedua saudara ini hidup bercocok tanam di lereng Poso Kuwuh tersebut.
Sang adik Watu Umpu layaknya laki-laki normal mulai tergoda dengan istri kakaknya. Lalu dirayulah istri kakaknya itu. Namun istri Poso Kuwuh mengadukan perbuatan Watu Ampu kepada suaminya.
Baca juga: Tiga Kampung Adat yang Memukau di Lembah Jerebuu Flores
Mendengar pengaduan istrinya, beranglah si kakak lalu mengusir adiknya, Watu Umpu jauh-jauh dari tempatnya. Si adik pun lekas keluar rumah, sesampainya di Kampung Lasang dia berhenti lalu berteriak, "Ndo ko toe?" (berhenti di sini atau tidak?).
Kakak menjawab, "Toe lau-lau koe" (tidak, jauhan sedikit).
Lalu Watu Umpu membuang air kecil, ei lasang. Terjadilah rawa yang sekarang menjadi mata air. Selanjutnya Watu Umpu melanjutkan perjalanan sampai di Kampung Ker.
Watu Umpu kembali berteriak, "Ndo ko toe?" Si kakak menyahut, "Toe, lau-lau koe". Di Kampung Ker, Watu Umpu membuang air besar maka terjadilah gundukan batu besar di depan Gereja Ranggu.
Karena si kakak tidak dapat lagi mendengar teriakannya, maka berhentilah watu Umpu di Kampung tersebut. Lalu dia meminta pemilik gubuk sawah tadi untuk diizinkan menginap. Sang petani menyetujui asalkan membantu tokong motang atau mengusir babi hutan.
Baca juga: Keunikan Sawah Lodok di Manggarai Raya
Lalu kedua petani tersebut pulang ke rumahnya. Paginya, betapa kaget mereka karena seluruh sawah berada di atas batu, sampai sekarang sawahnya tetap di atas batu.
Watu Umpu pun kepincut dengan kecantikan gadis petani tadi, lalu menikahlah mereka. Demikianlah Watu Umpu tersebut terdiri dari dua belahan menyerupai wajah sepasang kekasih.
Warisan kisah mistis ini dituturkan oleh Staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Manggarai Barat, Flores Barat, Yuvenalis Aquino Kurniawan kepada KompasTravel, Selasa (28/8/2018).
Selain keunikan Poso Kuwuh yang menjulang tinggi, ada juga sebuah kawah, Rana Kuwuh atau Danau Kuwuh, atau Hano Kuwuh itu hidup berbagai itik lokal serta berbagai burung-burung endemik Flores.
Baca juga: Berada di Antara Langit dan Bumi, Masuklah ke Goa Batu Cermin
Poso Kuwuh adalah gunung tertinggi di Kabupaten Manggarai Barat, Flores Barat dengan ketinggian 1.491 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Mendakilah ke Poso Kuwuh
Salah satu tempat terbaik untuk melihat keindahan Flores Barat, kawasan perbukitan di wilayah Kabupaten Manggarai, maka mendakilah ke Poso Kuwuh.
Selain itu seorang yang memiliki kebiasaan untuk berpetualangan, maka jelajahilah Poso Kuwuh tersebut. Jika memiliki kebiasaan berenang, maka berenanglah di Hano Kuwuh.
Misionaris Hongaria Sering Mendaki Poso Kuwuh
Seorang misionaris asal Hongaria, Pater Franz Mezaros, SVD semasa bertugas di Paroki Roh Kudus Ranggu sering mendaki Poso Kuwuh di sela-sela kesibukan dalam melayani umat di parokinya.
Imam itu saat berpatroli ke stasi-stasi selalu berjalan kaki melewati Puar Poso Kuwuh, hutan Poco Kuwuh, yang dikenal dengan nama Puar Reti Poso Kuwuh serta saat liburan tiba imam itu mendaki ke puncak Poso Kuwuh untuk menikmati matahari terbit atau mencari inspirasi sekaligus berdoa di Puncak Poso Kuwuh.
“Misionaris asal Hongaria itu selalu mendaki puncak Poso Kuwuh untuk merasakan keindahan alam semesta serta keindahan di Lembah Ranggu serta di wilayah Flores Barat. Kita akui bahwa misionaris memiliki kebiasaan untuk mendaki gunung di sela-sela tugas rutin dalam memberikan pelayanan pewartaan Sabda Allah,” jelas Kurniawan.
Kurniawan menambahkan, puncak Poso Kuwuh merupakan salah satu spot terbaik untuk menikmati Sang Surya bersinar dan juga saat senja di Flores Barat. Jika ini menikmati senja di Flores Barat maka pendaki harus menginap di puncak Gunung Poso Kuwuh dengan tenda dan membuat kemah di puncak itu.
Namun, sesungguhnya Poso Kuwuh adalah nama orang yang tinggal di perbukitan itu atau puncak gunung itu sebagaimana dikisahkan legenda itu oleh leluhur orang Kolang. Bahkan, tutur "Ndo ko toe" biasanya dinyanyikan serta jawabannya "Toe lau lau koe" hingga saat ini.
Watu Umpu, Batu Manusia Raksasa di Flores Barat
Watu Umpu diterjemahkan ke bahasa Indonesia, di mana "Watu" berarti batu, "Umpu" berarti tumpukan raksasa. Jadi Watu Umpu adalah manusia yang berubah menjadi batu raksasa sesuai kisah mistis tentang saudara kakak-beradik, kae-ahe. Unik dan di luar akal budi kita kalau mendengarkan kisah tersebut.
Bahkan yang menakjubkan kita adalah lahan persawahan yang berada diatas batu manusia raksasa tersebut hingga saat ini.
Bahkan kisah mistis lainnya adalah Si Watu Umpu, yang adalah seorang laki-laki normal menikah dengan anak gadis seorang petani di kawasan itu ribuan tahun silam berubah menjadi sebuah watu. Hanya belum diketahui nama gadis dari seorang petani tersebut.
Mistis sekali kisah ini. Kawasan Watu Umpu yang dikenal luas berada di Kampung Tontol, Desa Watu Umpu, Kecamatan Welak, Manggarai Barat, Flores Barat, Nusa Tenggara Timur.
Ekspedisi Batu Raksasa di Flores Barat
Banyak kisah mistis yang dituturkan secara lisan oleh tetua kampung di kawasan Kolang yang berhubungan dengan nama batu-batu raksasa maupun yang sedang dan kecil. Konon dikisahkan manusia yang berubah menjadi bebatuan ada begitu banyak di Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur.
Ekspedisi juga sebagai salah satu daya tarik wisatawan minat khusus atau seorang geolog untuk meneliti bebatuan itu dengan kisah-kisah di baliknya.
Keunikan batu raksasa, sedang dan kecil dengan kisah mistis di baliknya menjadi daya tarik tersendiri. Selama ini promosi pariwisata di Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur hanya berkisar tentang alam, budaya dan binatang Komodo.
Menjelajahi Lembah Ranggu dan Sekitarnya
Sesungguhnya perjalanan wisata di Kecamatan Kuwus dan Kuwus Barat sebaiknya memulainya dari Lembah Ranggu. Lembah ini sebagai pusat perjalanan wisata karena seluruh obyek wisata tak terlalu jauh dari Lembah Ranggu.
Bahkan di Lembah Ranggu ada Vila Ranggu yang sangat layak. Vila itu atau sering disebut Homestay Ranggu milik almarhum Laurens Nudin dan Mama Rosaia Gaudiosa sangat bagus bagi wisatawan mancanegara dan Nusantara untuk menginap.
Ada beberapa yang bisa dijelajahi di Lembah Ranggu, seperti mendaki Poso Kuwuh, Panjat tebing di Watu Pengang, mendengarkan suara sendiri dengan pantulan dari Watu Pengang, persawahan Jaring Laba-Laba di belakang Gereja Paroki Ranggu, sumber mata air Watu Umpu, kisah Watu Umpu bekas kotoran besar dari Watu Umpu.
Selanjutnya, kampung adat Ranggu dengan kisah batu ajaib bulat, Daerah Aliran Sungai (DAS) Wae Impor dengan berbagai air terjun, kolam atau Tiwu seperti Tiwu Peka, tempat tinggal belut raksasa dengan ukuran satu meter, Kampung adat Tado dengan ritual penti setiap tahunnya, tradisi “Deko Ipung Le Sampat yang ramah lingkungan.
Bagi petualang tangguh, ekspedisi DAS Wae Impor sangat menantang. Mulai dari hulunya sambungan Wae Sewe Hatar Ara, lalu gabung ke Wae Kembok Welak, lanjut ke Pantai Selatan menuju Wae Longge di Wol Lembor. DAS Wae Impor adalah gabungan dari berbagai DAS di Lembah Ranggu dan sekitarnya.