Khusus peurateb aneuk diikuti delapan peserta dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Banda Sakti, Muara Dua, Blang Mangat dan Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe.
Wanita paruh baya ini menyebutkan penilaian dititikberatkan pada estetika, kesesuaian syair, makna syair dan properti yang digunakan.
“Kali ini kami mewajibkan para peserta untuk mengumpulkan naskah syair yang mereka buat, jadi tim bisa menilai apakah yang dilantunkan sesuai dengan naskah, hal itu menjadi acuan untuk para juri,” jelasnya.
Sebelum tampil mengayun anak, juri mengizinkan peserta untuk tampil layaknya seorang ibu di rumah, semisal menyapu, memandikan anak, menidurkan anak dan banyak hal lain yang dapat dilakukan sembari melantunkan zikir.
Sebagai negeri dengan penerapan syariat Islam, sebagian peserta mengayun anak dengan lafaz zikir. Sebagian lagi memadukan antara syair yang ditulis sendiri dengan dipungkasi zikir.
Even ini menjadi pererat seni lokal Aceh, agar generasi mileneal paham tradisi dari waktu ke waktu.
“Semoga ini menjadi ajak sosialisasi bagi generasi muda,” pungkas Ulya.
Mendung menutup langit, di halaman lapangan terbuka itu, beberapa orang penonton berkeliling. Melihat aneka lomba yang diselenggarakan. Malam nanti, even itu resmi ditutup dengan segala kenangan yang ditinggalkannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.