“Satu pohon tumbang kelihatan jika dari atas. Termasuk jika memantau gangguan keamanan di hutan yang berbatasan dengan pemukiman masyarakat. Tapi saat ini gangguan keamanan jumlahnya turun sangat jauh karena melibatkan mereka di kegiatan taman nasioanal,” jelas Noviani.
Selain untuk patroli, pesawat kecil tersebut bisa dimanfaatkan oleh para peneliti karena untuk mengitari taman nasional menggunakan pesawat hanya membutuhkan waktu kurang dari 2 jam.
Perawatan pesawat tersebut juga relatif murah karena menggunakan bahan bakar pertamax dan satu jam menghabiskan sekitar 15 liter.
Pada tahun 2019, juga akan dibangun beberapa fasilitas pendukung untuk para peneliti karena TN Alaspurwo akan menjadi pusat edukasi bidang konservasi.
“Pengunjung boleh datang tapi khusus untuk pesawat hanya digunakan untuk pemantauan dan penelitian tidak untuk disewakan kepada pengunjung,” jelasnya.
TN Alaspurwo telah ditetapkan sebagai cagar biosfer dunia oleh UNESCO. Selain itu, TN Alaspurwo juga menjadi salah satu situs yang diajukan sebagai geopark nasional di Banyuwangi selain blue fire di Gunung Ijen dan Pulau Merah.
Situs Goa Istana yang berada di TN Alaspurwo menggambarkan bahwa daerah tersebut adalah laut dangkal yang mengalami proses geologi hingga menjadi daratan. Di TN Alaspurwo juga menjadi rumah bagi 700 flora, 50 jenis mamalia, 320 burung, 15 jenis amfibi dan 48 jenis reptil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.