Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/02/2019, 15:46 WIB

Sampai 1938 ada 29 perkebunan kakao di Hindia Belanda, yang pada akhirnya setelah merdeka perkebunan kakao dinasionalisasi menjadi milik negara Indonesia. Budidaya kakao dan budaya cokelat berkembang pesat di Indonesia pada abad 19 dan 20.

Sebab pada abad ke-20, Fadly menjelaskan ada kepercayaan di Hindia Belanda bahwa minum cokelat dapat meningkatkan kesehatan.

"Kalau dilihat dari iklan-iklan zaman dulu, cokelat lebih identik sebagai minuman daripada camilan seperti sekarang. Cokelat juga menjadi simbol dari status sosial," jelas Fadly.

Baca juga: Cokelat Sumbar Dipromosikan di Italia

Ia memperlihatkan iklan dari merek cokelat produksi Amsterdam 'Tjoklat'. Tampak seorang perempuan Melayu berkemben dan bersanggul duduk bersimpuh mempersembahkan sebakul buah kakao.

Iklan tersebut disebutkan Faldy membuktikkan bahwa cokelat menjadi simbol status sosial.

Pada masa kolonial juga, Indonesia pernah menjadi salah pemasok kakao terbesar di dunia. Dari merek Tjoklat saja, ada 63 juta cokelat batangan diproduksi per tahun. Nama merek 'Tjoklat' juga diambil dari Bahasa Melayu, asal dari kakao Hindia Belanda.

Pasca kemerdekaan, aneka merek cokelat lokal berkembang di Tanah Air. Cokelat lantas tak hanya dapat dinikmati kaum elit, tetapi semua kalangan masyarakat hingga saat ini. Tentunya dengan berbagai varian harga yang sesuai dengan komposisi cokelat.

Selera cokelat juga berganti bentuk sejak era tersebut, dari yang tadinya cairan diminum kini menjadi camilan yang dikunyah.

Sampai saat ini Indonesia menjadi pemasok biji kakao ke tiga terbesar di dunia dan terkenal dengan kualitas kakao unggulan. Namun konsumsi cokelat masyarakat Indonesia terbilang rendah, hanya 500 gram per kapita, setiap satu tahun.

Budidaya kakao kurang diminati petani Indonesia karena dilihat kurang menguntungkan, padahal ada manfaat kesehatan dalam konsumsi cokelat dan tentunya dampak ekonomi dari hulu ke hilir.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+