Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Mengenal Desa Adat Pulo, Antara Larangan dan Merawat Tradisi

Kompas.com - 03/09/2019, 11:10 WIB
Anissa DW,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ada kejadian aneh dan menarik dari pertunjukan seni budaya di Desa Adat Pulo, Garut, Jawa Barat.

Saat itu ada seorang perempuan yang sedang menari Purbasari. Namun, setiap suara gong berbunyi, alunan musik pengiring akan langsung terhenti.

Anehnya, kejadian ini tak hanya terjadi satu kali, tapi berkali-kali. Para penonton yang hadir pun dibuat heran.

Ternyata, di Desa Adat Pulo, alat musik gong memang tidak boleh dimainkan. Asal usul larangan ini, menurut seniman Jawa Barat Ki Dalang Wawan Ajen, berawal dari cerita Eyang Embah Dalem Arief Muhammad.

Baca juga: Ini 10 Destinasi Wisata dan Kuliner di Garut Rekomendasi Kemenpar

Wawan menjelaskan, Candi Cangkuang dan Desa Adat Pulo memiliki cerita legendaris yang sangat populer di Jawa Barat dan masyarakat meyakini.

Konon, cerita Wawan, anak laki-laki Arief Muhammad meninggal dunia saat diarak dengan tandu berbentuk prisma diiringi suara gamelan dari gong besar. Tiba-tiba muncul angin topan yang menyebabkan anak tersebut terhempas dan meninggal dunia.

Menurut Wawan, larangan menabuh gong dan menggunakan tandu berbentuk prisma itu menjadi alasan larangan berikutnya.

“Warga adat tidak diperbolehkan membuat rumah beratap jure atau prisma, tetapi harus memanjang," ungkap dia dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (3/9/2019).

Baca juga: Garut Genjot Wisata Lewat Tembakau

Menurut Wawan, masyarakat sangat mematuhi larangan tersebut dan telah menjadikannya sebagai keyakinan yang disepakati bersama.

"Masyarakat khawatir jika larangan tersebut dilanggar akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di kawasan obyek wisata tersebut," kata dia.

Larangan lainya adalah tidak boleh memelihara hewan besar berkaki empat, seperti sapi, kambing, dan kerbau. Hal ini, menurut Wawan, tujuannya untuk menjaga kebersihan halaman rumah, tanaman, dan makam keramat. Alasan lainnya, yakni karena keterbatasan area wilayah adat.

Menteri Pariwisata Arief Yahya saat melakukan kunjungan kerja ke Desa Adat Polu, Garut, Jawa Barat, Senin (3/9/2019).Dok. Humas Kementerian Pariwisata Menteri Pariwisata Arief Yahya saat melakukan kunjungan kerja ke Desa Adat Polu, Garut, Jawa Barat, Senin (3/9/2019).
Desa Adat Pulo sendiri hanya terdiri dari enam buah rumah dan satu bangunan mushala. Konon, jumlah ini menggambarkan Embah Dalem Arief Muhammad yang memiliki enam anak perempuan dan satu anak laki-laki.

Saat ini, jumlah warga Desa Adat Pulo berjumlah 23 orang, yang terdiri dari 10 perempuan dan 13 laki-laki. Mereka merupakan generasi ke-8, ke-9, dan ke-10 dari Embah Dalem Arief Muhammad.

Potensi destinasi digital

Menurut Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, desa yang berada di dekat kawasan wisata Candi Cangkuang memiliki potensi besar untuk dikembangkan lewat destinasi digital.

"Story telling-nya sangat bagus, budayanya juga oke, apalagi suasana alamnya sangat indah. Semua sudah lengkap, tinggal dipromosikan lewat digital," kata Arief di sela kunjungan kerjanya ke Garut, Senin (2/9/2019).

Baca juga: 6 Pesona Papandayan, Gunung Api Ramah Pendaki di Barat Daya Garut

Dia meyakini, dengan dipromosikannya budaya Desa Adat Pulo dan Garut melalui destinasi digital, akan membawa hasil luar biasa.

Lebih lanjut, menurut Arief, dengan nilai budaya kuat, tidak akan sulit untuk mengembangkan pariwisata di desa yang masih menjaga dan merawat tradisi dengan sangat baik itu.

"Enam puluh persen wisatawan datang itu karena budaya yang ada di Indonesia. Sebab itu, budaya semakin dilestarikan, akan semakin menyejahterakan," pungkas Menpar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com