Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Siap Jadi Obyek Wisata, Pengunjung Negeri di Atas Awan Banten Keburu Membludak

Kompas.com - 23/09/2019, 18:22 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Belum lama ini, dunia media sosial Indonesia dihebohkan dengan tempat wisata terbaru dari daerah Banten yang disebut Negeri di Atas Awan atau Gunung Luhur di Lebak.

Usai viral di media sosial, pengunjung ke obyek wisata Gunung Luhur membludak. Pada akhir pekan kemarin, jumlah wisatawan yang datang mencapai 30.000 orang.

Pengelola tempat wisata yang dijuluki Negeri di Atas Awan tersebut, Sukmadi, mengatakan, pengunjung mulai berdatangan sejak Jumat (20/9/2019) malam.

Baca juga: Pengunjung Wisata Negeri di Atas Awan Membeludak, Macet hingga 7 Km

Jumlahnya melebihi kunjungan pada pekan-pekan sebelumnya, ditandai dengan muncul macet beberapa kilometer sebelum puncak.

Suasana di obyek wisata negeri di atas awan Gunung Luhur pada Minggu (22/9/2019). Sejak viral di media sosial Gunung Luhur di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten dipadati pengunjung hingga mencapai rekor 30 ribu wisatawan.KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN Suasana di obyek wisata negeri di atas awan Gunung Luhur pada Minggu (22/9/2019). Sejak viral di media sosial Gunung Luhur di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten dipadati pengunjung hingga mencapai rekor 30 ribu wisatawan.

"Pada Sabtu pagi macet hingga lima kilometer, kalau hari ini 7 kilometer, sebelumnya tidak pernah seperti ini," kata Sukmadi kepada Kompas.com di Gunung Luhur, Desa Citorek, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (22/9/2019).

Kondisi ini membuat banyak wisatawan yang gagal menuju puncak di ketinggian. Mereka yang awalnya ingin menikmati hamparan awan harus gigit jari bahkan putar balik kendaraan.

Baca juga: Kisah Wisatawan yang Gagal Melihat Negeri di Atas Awan, Terjebak Macet hingga Gelar Tikar

Tak siap

Menurut Ima Rahmawati, pemilik agen perjalanan yang berbasis di Banten, Negeri di Atas Awan Gunung Luhur belum siap menjadi suatu daya tarik wisata

“Saya sebagai orang asli Banten, pemilik salah satu tours and travel Banten, merasa bangga dengan viral-nya Negeri di Atas Awan Gunung Luhur, tapi euforia ini bukan jadi kebahagiaan tunggal, melainkan keresahan tersendiri, karena tempat ini menurut saya bukanlah destinasi wisata yang sudah siap,” kata perempuan yang akrab disapa Nong Ima ini, kepada Kompas.com saat ditemui di stan Wonderful Indonesia di sela-sela pameran Kompas Travel Fair, Jakarta, Sabtu (21/9/2019).

Ia menambahkan bahwa tempat tersebut merupakan wilayah konservasi hutan adat sehingga keberadaan masyarakat Kasepuhan Citorek sekitarnya juga harus dihargai.

Pesona Negeri di Atas Awan di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (15/9/2019).KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN Pesona Negeri di Atas Awan di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (15/9/2019).

“Kita hargai juga ekosistem hutan tersebut, bukan menjadi tempat yang tiba-tiba jadi wisata massal,” lanjutnya.

Di sisi lain, Nong Ima berharap agar pihak-pihak terkait yang berperan penting dalam viralnya Negeri di Atas Awan dapat mengedukasi masyarakat agar tempat tersebut tidak langsung menjadi suatu kelatahan massal dan tanpa mempertimbangkan banyak hal.

“Ini menyangkut kearifan lokal setempat, juga ekosistem alam kami,” jelas Nong Ima.

Kompas.com berusaha menghubungi Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Eneng Nurcahyati untuk mengonfirmasi terkait membludaknya pengunjung ke Negeri di Atas Awan pada akhir pekan lalu, tetapi hingga saat ini tidak memberikan respon.

Infrastruktur

Sementara itu, dalam kesempatan yang berbeda, saat ditemui Kompas.com dalam acara jumpa pers Festival Tanjung Lesung, di Jakarta, Eneng Nurcahyati menyebutkan bahwa pihaknya akan memfasilitasi kearifan lokal masyarakat yang bisa dikembangkan.

Baca juga: Negeri di Atas Awan Banten, Sudah Siapkah Menerima Limpahan Wisatawan?

“Selain pemandangannya yang sangat cantik, kami nantinya akan memfasilitasi kearifan lokal masyarakat yang bisa dikembangkan. Kami sedang mengidentifikasi mana yang bisa ditampilkan. Agar tempat wisata tersebut dapat menunjang pendapatan warga sekitar," jelas Eneng Nurcahyati, saat ditemui di Menara Batavia, Jakarta, Kamis (19/9/2019).

Harapannya, wisatawan yang berkunjung di Negeri Di Atas Awan dapat mengenal kuliner, musik khas dari daerah Citorek, dan alat musik angklung Buhun.

Suasana di obyek wisata negeri di atas awan Gunung Luhur pada Minggu (22/9/2019). Sejak viral di media sosial Gunung Luhur di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten dipadati pengunjung hingga mencapai rekor 30 ribu wisatawan.KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN Suasana di obyek wisata negeri di atas awan Gunung Luhur pada Minggu (22/9/2019). Sejak viral di media sosial Gunung Luhur di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten dipadati pengunjung hingga mencapai rekor 30 ribu wisatawan.

Eneng menyampaikan bahwa Gubernur Banten Wahidin Halim, menaruh fokus untuk menunjang pembangunan obyek wisata Negeri Di Atas Awan.

“Sekarang sudah ada trek untuk jalan, pagar pelindung, kemudian ada sarana home stay juga, sudah ada juga beberapa villa, ada toilet umum, dan harus ditambah lagi," ungkap Eneng.

Fasilitas lainnya yang disiapkan adalah tempat parkir. Saat ini pihaknya tengah mencari lahan untuk tempat parkir. Lahan yang tidak banyak, membuat Pemda Banten, harus memutar otak dalam menyediakan tempat parkir untuk pengunjung Gunung Luhur.

"Daya dukung kendaraan masih dipikirkan, jangan sampai banyak kendaraan sampai di atas, membahayakan karena tidak cukup banyak juga di atas untuk bisa parkir,” paparnya.

Geopark

Sebelumnya, seperti diberitakan Kompas.com yang berjudul ‘Negeri di Atas Awan Gunung Luhur, Ditemukan, Viral, hingga Pengunjung Membludak’, Jumat (20/9/2019), Pemerintah Kabupaten Lebak tengah mengajukan sebagian wilayahnya sebagai Geopark Nasional, termasuk lokasi wisata Negeri di atas awan.

Suasana di obyek wisata negeri di atas awan Gunung Luhur pada Minggu (22/9/2019). Sejak viral di media sosial Gunung Luhur di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten dipadati pengunjung hingga mencapai rekor 30 ribu wisatawan.KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN Suasana di obyek wisata negeri di atas awan Gunung Luhur pada Minggu (22/9/2019). Sejak viral di media sosial Gunung Luhur di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten dipadati pengunjung hingga mencapai rekor 30 ribu wisatawan.

Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya mengatakan, geopark tersebut bernama Bayah Dome. Wilayah tersebut meliputi pesisir Pantai Sawana di selatan Kabupaten Lebak hingga ke Kawasan utara.

Adapun sebagian besar obyek wisata di dalam Geopark Bayah Dome berada di dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Baca juga: Negeri di Atas Awan Gunung Luhur Diusulkan Jadi Geopark

Oleh karena itu perlu izin khusus untuk mengelola pariwisata tersebut lantaran termasuk dalam zona rimba dan konservasi. Namun untuk Gunung Luhur, pihaknya sudah melakukan MoU dengan Kementerian LHK dan TNGHS dan mendapatkan izin pengelolaan kawasan menyusul direvisinya status zona rimba menjadi zona pemanfaatan.

Negeri di atas awan yang terletak di Gunung Luhur, Kabupaten Lebak, Banten ini begitu viral di masyarakat. Pengunjung bahkan jauh-jauh datang dari luar Banten seperti Jabodetabek. Pada akhir pekan ini saja, antusias pengunjung meningkat luar biasa. Jumlah wisatawan yang datang bahkan mencapai 30 ribu orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com