JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa hari belakangan, aksi demonstrasi mahasiswa di berbagai daerah menjadi sorotan. Hal yang menarik, mahasiswa milenial dan generasi Z ini memboyong spanduk serta poster dengan tulisan kritis tetapi jenaka.
Baca juga: Ketika Milenial Bersuara, Spanduk Nyeleneh Pun Tak Bisa Diremehkan...
Salah satu yang menarik perhatian adalah spanduk yang ditempel di pagar gedung DPRD Malang, Jawa Timur.
Baca juga: Bagaimana Cata Membedakan Pecel, Karedok, dan Gado-Gado?
"Gedung ini jadi warung pecel," demikian tertulis di spanduk berwarna putih tersebut.
Sebagaimana diketahui, Malang selama ini identik dengan bakso. Wisatawan yang berkunjung kerap mencari bakso Malang.
Hal yang cukup menarik, mengapa warung pecel yang tertulis di spanduk tersebut?
Baca juga: Beragam Pecel Khas Indonesia, Kamu Suka yang Mana?
Jika dirunut dari sejarah, pecel melambangkan kesederhanaan dan perjalanan. Hal ini pernah disampaikan oleh Pemerhati Kuliner Indonesia, peneliti pangan UGM, dan penulis buku kuliner Prof. Dr. Murdijati Gardjito.
"Menurut Babad Tanah Jawi, pecel asal muasalnya diceriterakan dihidangkan di daerah Yogyakarta. Dipecel berarti daun daunan yang direbus kemudian dibuang airnya dengan diperas," kata Murdijati Gardjito, dalam sebuah wawancara dengan Kompas.com, Kamis (22/2/2018).
Murdijati menuturkan kisah dari Babad Tanah Jawi yaitu Sunan Kalijaga bertemu dengan Ki Gede Pamanahan di pinggir sungai pada saat tengah hari.
Ki Gede Pamanahan menghidangkan sepiring sayuran sambel pecel dan nasi serta lauk pauk yg lain.
Sunan Kalijaga kemudian bertanya "Hidangan apa ini?". Maka dijawab oleh Ki Gede Pamanahan, "Puniko ron ingkang dipun pecel," yang berarti "Ini adalah dedaunan yang direbus dan diperas airnya".
Baca juga: 7 Pecel yang Wajib Anda Coba Saat Berkunjung ke Kota Semarang
Biasanya sayuran dipecel berupa bayam, kangkung, ubi jalar, daun ketela, daun beluntas, daun pegagan, kecombrang, polong, kacang panjang, kecipir, kecambah.