Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sayur Genjer, Makanan Wong Cilik yang Jadi "Berdosa"

Kompas.com - 30/09/2019, 18:01 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comGendjer-gendjer, nong kedokan pating keleler. Genjer-genjer, nong kedokan pating keleler. Ema'e thole teko-teko muputi genjer. Ema'e thole teko-teko muputi genjer. Oleh satenong mungkur sedot sing toleh-toleh. Gendjer-gendjer saiki wis digowo mulih.

Lagu "Gendjer-gendjer" yang dibawakan Bing Slamet dan Lilis Suryani sempat populer pada masa Orde Lama karena kerap diputar di radio, sekitar tahun 1960. Lagu itu kemudian diidentikkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Nasibnya pun menjadi nelangsa, lagu ini seakan haram dinyanyikan pada masa Order Baru. Jika berani, bisa-bisa dicap PKI dan bahkan dipenjara.

Baca juga: Tips Mengolah Genjer Agar Tidak Pahit

Nama "Genjer" pun jadi identik dengan lagu ini. Padahal lagu ini terinspirasi dari tanaman genjer yang kerap diolah menjadi tumisan genjer.

Muhammad Arief sendiri menciptakan lagu tersebut untuk menggambarkan penderitaan masyarakat pada zaman penjajahan Jepang, yaitu tahun 1943.

Menurut Sinar Syamsi, anak Muhammad Arief kepada Kompas.com dalam artikel "Lagu Gendjer-Gendjer, Siapa Penciptanya?", mengatakan masyarakat kala itu terpaksa harus makan genjer yang juga dijadikan makanan bebek.

“Ibu saya sering masak daun genjer karena memang saat itu bahan makanan tidak ada,” kata Sinar Syamsi di Banyuwangi, Selasa (30/9/2014).

Rasa pahit

Sayur Genjer, dikenal memiliki rasa yang pahit. Genjer sempat menjadi makanan idola di kalangan ‘wong cilik’ pada zaman penjajahan.

Menurut Heri Priyatmoko, seorang sejarawan yang juga akademisi Jurusan Sejarah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, mengatakan sejak dulu sayur genjer telah menjadi makanan keseharian masyarakat akar rumput (masyarakat kelas bawah).

Baca juga: Asal Usur Sayur Genjer, Penyelamat Krisis Pangan Era 1930-an

Wong cilik terbiasa mengolah bahan yang ada di sekitarnya, termasuk genjer atau paku rawan (Limnocharis flava). Sayuran ini cukup akrab dalam ekologi persawahan,” kata Heri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/9/2019).

Ia menyebut bahwa zaman dahulu, petani desa yang mengandalkan persawahan atau hidup di alam agraris terbiasa memanfaatkan tumbuhan yang dipetik di lingkungan sekitarnya, tanpa harus belanja.

Baca juga: Asal Usul Sayur Kol, dari Eropa hingga jadi Lalapan Orang Indonesia

Rasa pahit yang ada pada sayur genjer, tak membuat masyarakat jengah untuk menyantapnya.

“Lidah wong cilik terbiasa dengan makanan pahit. Selain genjer, ada juga sayuran daun papaya. Pahit sebagai penggenap rasa. Ini memperkaya meja makan masyarakat Jawa, yang tak melulu dominan manis, kecut atau asam, gurih atau asin,” jelasnya.

Masyarakat Jawa pada umumnya sejak dulu meyakini bahwa genjer berguna bagi kesehatan. Tanpa harus bicara khasiat yang terukur lewat kerja laboratorium, mereka tetap menyantap sayur genjer.

Heri mengatakan, kakek moyang orang Jawa meyakini segala sayuran yang tumbuh di pekarangan maupun persawahan pasti memiliki manfaat bagi tubuh.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com