Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 25/01/2021, 10:44 WIB

KOMPAS.com – Sampah yang ada di Gunung Everest akan diubah menjadi karya seni dan ditampilkan di galeri seni terdekat.

Selain itu, produk karya seni akan dijual sebagai suvenir yang hasilnya akan digunakan untuk tujuan pelestarian.

Hal itu dilakukan guna menyoroti perlunya menyelamatkan gunung tertinggi di dunia itu agar tidak menjadi tempat pembuangan sampah sekaligus meningkatkan kesadaran lingkungan.

Selama ini, para pendaki atap dunia kerap membuang sampah pendakian berupa botol oksigen bekas, tenda robek, tali, tangga rusak, kaleng, hingga pembungkus plastik.

Baca juga: 7 Fakta Menarik Gunung Everest, Ada Ritual Pendakian

“Seniman asing dan lokal akan terlibat dalam menciptakan karya seni dari sampah dan melatih penduduk setempat untuk mengubah sampah menjadi harta karun,” kata direktur proyek tersebut, Tommy Gustafsson, dilansir dari reuters, Kamis (21/1/2021).

Pihaknya ingin menunjukkan bagaimana orang-orang bisa mengubah limbah padat dapat menjadi karya seni yang berharga sehingga bisa menghasilkan lapangan kerja dan pendapatan.

Melalui proyek tersebut, pihaknya berharap bisa mengubah persepsi masyarakat tentang sampah, sehingga mau mengelolanya.

Adapun pusat kegiatan tersebut berada di ketinggian 3.780 meter di Syangboche, jalur utama ke basecamp gunung berketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini.

Pemandangan Gunung Everest dan pegunungan Himalaya.Jewel Samad/AFP Pemandangan Gunung Everest dan pegunungan Himalaya.

Soft opening untuk penduduk setempat dilakukan pada musim semi karena pengunjung Everest dibatasi akibat pandemi Covid-19.

Nantinya, sampah yang dibawa turun dari Everest akan dikumpulkan di rumah-rumah di sepanjang jalan setapak, lalu dikelompokkan oleh masyarakat setempat.

Selain itu, telah ada pula inisiatif yang meminta setiap pengunjung dan pemandu untuk membawa satu kilogram sampah usai turun dari Everest.

Menurut Phinjo Sherpa dari kelompok Eco Himal yang terlibat dalam proyek tersebut, lebih banyak sampah dapat dikelola jika melibatkan pengunjung.

Baca juga: Beda Pengukuran Gunung Everest Tumbuh Makin Tinggi, Begini Penjelasannya...

Sementara itu, tantangan lebih besar berasal dari masyarakat di daerah terpencil yang tidak memiliki jalan.

Di daerah itu, biasanya sampah dibuang atau dibakar di lubang terbuka, sehingga menyebabkan pencemaran udara, air, dan tanah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber REUTERS
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

4 Tips Ngabuburit di Kota Tua Jakarta, Jangan Datang Terlalu Sore

4 Tips Ngabuburit di Kota Tua Jakarta, Jangan Datang Terlalu Sore

Travel Tips
8 Masjid Tertua di Pulau Jawa, Ada yang Usianya 735 Tahun

8 Masjid Tertua di Pulau Jawa, Ada yang Usianya 735 Tahun

Jalan Jalan
Masjid Al Jabbar Kini Punya Galeri Rasulullah dan Sejarah Islam Nusantara

Masjid Al Jabbar Kini Punya Galeri Rasulullah dan Sejarah Islam Nusantara

Jalan Jalan
Pantai Waso, Tempat Lihat Sunrise yang Anti-Mainstream di Labuan Bajo

Pantai Waso, Tempat Lihat Sunrise yang Anti-Mainstream di Labuan Bajo

Jalan Jalan
Ramadhan 2023, Kunjungan Wisatawan ke Bantul Turun Hampir 85 Persen

Ramadhan 2023, Kunjungan Wisatawan ke Bantul Turun Hampir 85 Persen

Travel Update
Daftar 27 Masjid di 4 Jalur Mudik, Ada Masjid Raya Al-Jabbar

Daftar 27 Masjid di 4 Jalur Mudik, Ada Masjid Raya Al-Jabbar

Travel Update
Kejahatan Jalanan di Yogyakarta Dapat Kurangi Kepercayaan Wisatawan

Kejahatan Jalanan di Yogyakarta Dapat Kurangi Kepercayaan Wisatawan

Travel Update
15 Tempat Ngabuburit Murah di Surabaya, Ada Lokasi Gratis 

15 Tempat Ngabuburit Murah di Surabaya, Ada Lokasi Gratis 

Jalan Jalan
Libur Lebaran 2023, Kemenparekraf Rilis Booklet Mudik Jelajah Masjid

Libur Lebaran 2023, Kemenparekraf Rilis Booklet Mudik Jelajah Masjid

Travel Update
4 Daftar Mudik Gratis untuk Lebaran 2023, Masih Bisa Daftar

4 Daftar Mudik Gratis untuk Lebaran 2023, Masih Bisa Daftar

Travel Tips
Masjid Unik di Surabaya, Bentuknya Menyerupai Kabah

Masjid Unik di Surabaya, Bentuknya Menyerupai Kabah

Jalan Jalan
11 Maskapai Asing Buka Penerbangan Langsung dari 7 Negara ke Indonesia

11 Maskapai Asing Buka Penerbangan Langsung dari 7 Negara ke Indonesia

Travel Update
Larangan ASN Buka Bersama Hanya untuk Kepala Lembaga Pemerintah

Larangan ASN Buka Bersama Hanya untuk Kepala Lembaga Pemerintah

Travel Update
Aktivitas di Festival Munara Beba, Cicip Kuliner Lokal hingga Sasisen

Aktivitas di Festival Munara Beba, Cicip Kuliner Lokal hingga Sasisen

Jalan Jalan
10 Masjid Tertua di Indonesia, Usianya Mencapai Ratusan Tahun 

10 Masjid Tertua di Indonesia, Usianya Mencapai Ratusan Tahun 

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+