KOMPAS.com - Dalam rangka menyambut libur akhir pekan yang beriringan dengan libur Hari Raya Waisak, Kompas.com menyambangi salah satu desa binaan Perusahaan Gas Negara (PGN) di Magelang, Jawa Tengah, yakni Desa Karangrejo.
Nama Desa Karangrejo sepertinya sudah tidak asing didengar oleh wisatawan karena telah mendapat sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan dari Kemenparekraf pada Maret 2021.
Selain dikenal dengan suasana alam yang asri, Desa Karangrejo juga dikenal dengan aktivitas wisata yang dikelola oleh masyarakat bersama Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
Baca juga:
Kompas.com berkunjung ke Desa Karangrejo dan menginap di salah satu homestay yang dikelola oleh masyarakat setempat.
Perjalanan menyusuri Desa Karangrejo, Magelang, Jawa Tengah ditempuh sekitar 1 jam 30 menit dari Yogyakarta Internasional Airport (YIA) naik mobil.
Kondisi jalanan kawasan Magelang pada saat itu terpantau ramai lancar, mengingat pada saat itu juga akan dilaksanakan kegiatan festival lampion di Candi Borobudur.
Selama di perjalanan tim Kompas.com sempat berhenti sejenak di beberapa lokasi, dan akhirnya sampai di homestay sekitar pukul 20.00 WIB.
Baca juga:
Beda halnya dengan sebuah penginapan seperti hotel, homestay yang akan menjadi tempat menginap tim Kompas.com lebih mirip sebuah rumah singgah nuansa Jawa.
Bangunan homestay ini menyatu dengan rumah sang pemilik. Maka dari itu, suasana menginap kali ini lebih terasa seperi menginap di rumah keluarga.
"Saya sudah menganggap tamu saya itu seperti keluarga, kalau ada apa-apa tinggal panggil saja," kata pengelola homestay Yuspika kepada Kompas.com, Sabtu (3/6/2023).
Usai makan malam dan berkemas, tim Kompas.com memutuskan istirahat guna mengisi tenaga untuk perjalanan esok hari.
Di Desa Karangrejo, tim Kompas.com mengunjungi salah satu dapur produksi jetkolet, yaitu olahan singkong khas Desa Karangrejo.
Dapur produksinya masih sederhana, dan proses pengolahan jetkolet pun masih menggunakan cara tradisional.
Mulai dari proses pengupasan singkong, mengukus singkong di atas kayu bakar, hingga proses pemotongan singkong menjadi keripik, semua serba tradisional.
Dari pandangan Kompas.com saat menyaksikan proses pembuatan jetkolet di lokasi, mula-mula singkong hasil kebun dikupas dan dibersihkan.
Setelah itu lanjut dilakukan proses pengukusan di dalam sebuah dandang besar. Proses pengukusan ini dilakukan menggunakan panas dari api tungku.
Usai singkong dikukus, langkah selanjutnya singkong akan dihancurkan hingga halus dan berbentuk seperti pasta dengan konsistensi sedikit lebih padat.
Baca juga: Pengelolaan Candi Borobudur Akan Akomodasi Fungsi Religi dan Wisata
Kukusan singkong yang sudah halus ini selanjutnya akan dibentuk menjadi batangan kemudian didinginkan dan esok hari akan dipotong tipis untuk dijadikan keripik.
Harga seporsi jetkolet khas Desa Karangrejo ini cukup ramah dikantong. Dibanderol mulai dari Rp 7.000, dan wisatawan sudah mendapat oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Dari rumah produksi jetkolet, Kompas.com bertolak ke sebuah pabrik pembuatan gula kelapa, namanya Gubuk Kopi Lokasinya ada di Dusun Sendaren Desa Karangrejo, Magelang, Jawa Tengah.
Jika biasanya gula kelapa diolah menjadi campuran kolak ataupun tambahan kopi kekinian, lain halnya di Desa Karangrejo yang mencampur gula kelapa dengan segelas teh hangat.
Di Gubuk Kopi ini wisatawan akan dijelaskan oleh pengelola Gubuk Kopi bernama Agus mengenai proses pembuatan gula kelapa yang masih tradisional.
Meskipun pada saat itu lokasi Gubuk Kopi cukup ramai oleh wisatawan, tapi saat tim Kompas.com tiba di lokasi, tim Kompas.com langsung disambut hangat oleh Agus.
Tidak hanya tim Kompas.com, semua pengunjung yang datang ke Gubuk Kopi akan disuguhkan dengan minuman pembuka secara gratis, yaitu teh hangat dengan gula kelapa.
Baca juga:
Gula kelapa yang disajikan berbentuk potongan kecil yang bisa dimakan dengan sekali gigitan. Ada juga gula kelapa yang sudah dikemas dalam bentuk serbuk khusus untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
"Cara menikmatinya yaitu gula kelapa ini disantap sebagai camilan ketika meneguk teh," kata Agus kepada Kompas.com, Sabtu (3/6/2023).
Tidak hanya menikmati hasil olahan, tim Kompas.com juga diberitahu mengenai proses pembuatan gula kelapa. Mulai dari proses pengadukan air nira, hingga penataan gula di batok kelapa.
Jika wisatawan hendak membawa oleh-oleh, Agus juga mengemas gula kelapa khusus oleh-oleh dengan kemasan unik, yakni dibuat dari anyaman bambu. Harga olahan gula kelapa di Gubuk Kopi berkisar mulai dari Rp 20.000 per kemasan.
Dari pandangan Kompas.com di lokasi, meskipun lokasi Gubuk Kopi termasuk kecil, tapi tempat ini ramai dikunjungi oleh wisatawan.
Ini dapat dilihat dari banyaknya wisatawan yang datang dengan mengendarai VW Safari, sembari dipandu oleh pengelola setempat.
Baca juga: Pengalaman Ikut Menerbangkan Lampion Waisak di Candi Borobudur
Jika kamu berkesempatan mampir ke Magelang, tidak ada salahnya menjadikan Desa Karangrejo sebagai salah satu destinasi.
Selain bisa menikmati pemandangan yang masih asri, wisatawan juga bisa melihat kekayaan alam dan kreativitas masyarakat lokal dalam mengolah hasil alam setempat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya