KOMPAS.com - Bila berencana berkunjung ke Kabupaten Biak Numfor di Provinsi Papua, mengatur jadwal kedatangan sekitar awal bulan Juli bisa jadi pilihan yang tepat.
Alasannya, karena pada awal Juli 2023 mendatang masyarakat di Kabupaten Biak Numfor akan mengadakan festival bernama Festival Biak Munara Wampasi.
"Kami punya event tahunan yang sudah masuk ke dalam Kalender Event Nasional (KEN), salah satunya ialah Festival Biak Munara Wampasi," kata Bupati Kabupaten Biak Numfor Herry Ario Naap kepada Kompas.com di gedung Kompas Gramedia, Jakarta, Selasa (20/6/2023).
Baca juga: 16 Tempat Wisata di Biak Numfor Papua, Ada Air Terjun dan Spot Diving
Herry mengatakan masyarakat di Kabupaten Biak Numfor memang kerap menggelar acara. Pada 2019 diadakan tiga hingga empat festival selama setahun.
"Tahun 2020 dan 2011 tidak dilaksanakan acara karena pandemi. Pada 2022 kami buat delapan festival, dan pada 2023 sudah ada 15 festival yang dilaksanakan," kata Herry.
Lebih lanjut disampaikan bahwa setidaknya terdapat satu festival yang akan dilaksanakan setiap bulan di Kabupaten Biak Numfor.
"Dalam waktu dekat tanggal 1-7 Juli 2023 ada Festival Biak Numfor. Ini event tahunan, dan cukup banyak rangkaian kegiatannya," tutur Herry.
Herry menjelaskan ada banyak ritual yang dilaksanakan pada acara Festival Biak Numfor. Salah satu ritual yang ramai diminati wisatawan yaitu Apen Bayeren.
"Kami melakukan suatu ritual budaya, namanya Apen Bayeren. Pada ritual ini kami membakar batu sampai berwarna merah. Batu tersebut panjangnya sekitar 10 meter, dan akan diinjak dalam keadaan panas," katanya.
Baca juga: Mengenal Apen Bayeren, Tradisi Injak Batu Panas di Biak Numfor
Pada tradisi Apen Bayeren ini, kata Herry, peserta festival tidak hanya dari kalangan masyarakat lokal. Tetapi juga dari kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara,
"Bahkan ada wisatawan yang datang dari Jepang, China, dan Jawa. Ritual dalam festival ini jadi atraksi juga buat wisatawan asing," katanya.
Baca juga: Panduan Transportasi ke Biak Numfor, Jalur Udara dan Laut
Selain Apen Bayeren, juga ada ritual memasang jaring di lautan. Mulanya masyarakat akan turun ke titik terendah ceruk untuk memasang jaring kurang lebih lima kilometer.
Tujuannya, ketika air laut surut nantinya masyarakat akan berlomba-lomba menangkap ikan di jaring tersebut.
Kemudian ada ritual memanggil kuskus, yaitu jenis binatang yang tinggal di dalam hutan Biak.
Baca juga: 6 Pantai di Biak Numfor Papua, Cocok untuk Berenang dan Snorkeling
Herry mengatakan dengan hadirnya festival di Biak memberikan pengaruh baik untuk perekonomian masyarakat sekitar.
"Dengan hadirnya festival, saya bisa katakan luar biasa kunjungan wisatawan yang dibangun di Biak Numfor. Beberapa hotel juga sudah dibangun di Biak untuk menampung para wisatawan yang datang berkunjung," pungkas Herry.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.@kompastravel Kompas Travel berkesempatan mampir ke perkebunan pala yang menjadi saksi bisu peralihan zaman dari masa penjajahan Belanda, Jepang, hingga saat ini Indonesia sudah merdeka. Saat ini, perkebunan pala milik klan Van Den Broeke hanya memiliki lahan seluas 12,5 hektar dengan delapan pekerja. Perkebunan pala itu kini diolah menjadi manisan, lalu diambil minyaknya dan dijual ke sejumlah negara. Kalau ke Maluku Tengah, jangan lupa untuk mampir ke perkebunan pala di Pulau Banda Besar ini ya ???? Hayo, jangan lupa ajak temennya.. tag di kolom komentar yaa.. #exploreindonesia #exploremaluku #tripmaluku #malukuindonesia ? Vlog
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.