KOMPAS.com - Sebutan "China benteng" mungkin terdengar tidak asing di telinga masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta dan sekitarnya. Sebutan ini umumnya disematkan kepada warga keturunan China yang tinggal di Tangerang, Banten.
Pemandu wisata Museum Benteng Heritage di Tangerang bernama Martin menjelaskan, sebutan China Benteng bermula dari kedatangan pelaut terkenal asal China yakni Laksamana Ceng Ho.
Baca juga:
Kala itu, Laksamana Ceng Ho sedang melaut ke Indonesia dan mengejar seorang pemberontak ke daerah Palembang, Sumatera Selatan.
"Setelah dari Semarang, Ceng Ho kembali ke Sumatera Selatan untuk menangkap seorang pemberontak," kata Martin saat memandu wisata di Museum Benteng Heritage, Sabtu (24/6/2023).
Saat berlayar ke Palembang dan melewati Laut Banten, ia memerintahkan anak buahnya untuk tinggal di daerah itu.
Anak buah Ceng Ho kemudian memutuskan untuk mendarat di daerah Teluk Naga yang menjadi salah satu tempat pembuangan air di Tangerang.
Baca juga:
Mereka pun akhirnya tinggal di Tangerang sambil membuka lahan pertanian di tepian Sungai Cisadane hingga akhirnya anak buah Laksamana Ceng Ho melakukan pernikahan silang dengan warga Indonesia.
"Kemudian mereka berbaur dengan masyarakat lokal dan kemudian terjadilah perkawinan campuran yang disebut sebagai peranakan," ujarnya.
Martin melanjutkan, warga peranakan China-Indonesia kemudian mulai disebut sebagai China Benteng saat masa pendudukan organisasi dagang Belanda, VOC, di Tangerang sekitar tahun 1739.
Pada waktu itu, Tangerang disebut sebagai Kota Benteng karena Belanda membangun benteng di tepi Sungai Cisadane sebagai bentuk pertahanan terhadap serangan dari Kerajaan Banten.
"Peranakan ini disebut China Benteng ketika setelah VOC masuk karena Tangerang dulu sekitar 1739 itu disebut sebagai Kota Benteng," tutur Martin.
Baca juga:
Ia melanjutkan, benteng tersebut dinamakan Benteng Makassar karena dulunya dijaga oleh orang-orang yang berasal dari Makassar.
Adapun saat ini Benteng Makassar sudah diruntuhkan karena telah dilakukan pelebaran Sungai Cisadane.
"Benteng ini sekarang sudah tidak ada lagi, sekarang sudah menjadi Masjid Agung, Robinson, Gereja Katolik Santa Maria, rumah penduduk dan sebagainya," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.