Jalan-jalan ke Desa Wisata Tompo Bulu, Bisa Mendaki Gunung Bulusaraung

KOMPAS.com - Gunung Bulusaraung termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung di Sulawesi Selatan. Gunung berketinggian 1.535 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini terkenal sebagai habitat kera hitam.

Pendakian ke Gunung Bulusaraung termasuk salah satu kegiatan wisata andalan Desa Wisata Tompo Bulu di Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep). 

Baca juga:

• Kereta Api Sulawesi Selatan Jadi Sasaran Obyek Libur Sekolah
• Kunjungan Turis Asing ke Sulawesi Selatan Naik 36,51 Persen pada Februari 2023

Dilansir dari laman resmi Jejaring Desa Wisata (Jadesta) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), pendakian ke gunung tersebut dikelola warga desa sejak Oktober 2010 dengan nama Kelompok Pengelola Ekowisata (KPE-Dentong) Desa Tompo Bulu.

WIKIMEDIA COMMONS/ALAMPAPOTO Macaca Maura, kera hitam endemik Sulawesi Selatan yang juga merupakan satwa dilindungi yang banyak di jumpai di tepi jalan poros Maros-Bone, kawasan cagar alam Karaenta, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia.

"Pendiriannya dilepopori oleh Pemerintah Desa Tompo Bulu bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung," bunyi keterangan resmi dari laman tersebut, dikutip Sabtu (15/7/2023).

Sebelum mendaki, pengunjung akan diperiksa dan didata terlebih dahulu. Mereka juga wajib membawa pulang sampah disesuaikan dengan barang bawaan. 

Baca juga:

• Air Terjun Bantimurung di Sulawesi Selatan: Tiket Masuk dan Aktivitas
• Januari 2023, Turis Malaysia Paling Banyak Kunjungi Sulawesi Selatan

Dilansir dari Kompas.id, Sabtu (15/7/2023), pendakian ke Gunung Bulusaraung memerlukan waktu tiga sampai empat jam. Terdapat sembilan pos yang akan dilewati hingga ke puncak.

Dari puncak Gunung Bulusaraung, pendaki bisa menikmati pemandangan alam dari ketinggian, termasuk Kota Makassar, matahari terbit, dan matahari terbenam.

Aktivitas alam lain di Desa Wisata Tompo Bulu

Dok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ilustrasi Desa Wisata Tompo Bulu di Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan yang masuk 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.

Mendaki Gunung Bulusaraung bukanlah satu-satunya aktivitas wisata alam di Desa Wisata Tompo Bulu. 

Bila pendakian ke Gunung Bulusaraung tengah padat, desa ini menawarkan pendakian ke Gunung Batu Putih. Di puncak gunung tersebut wisatawan bisa melihat pemandangan matahari terbit dan matahari terbenam.

Puas menikmati pemandangan, wisatawan bisa menuju mata air di area perkemahan. 

Baca juga: Menjelajahi Danau Matano di Sulawesi Selatan, Bisa Main Kayak

Jarak dari desa ke Gunung Batu Putih cukup dekat yaitu kira-kira tiga kilometer. Ada pula pemandu yang siap mengantar para wisatawan.

Selain itu, wisatawan juga bisa menjelajahi Air Terjun Tombolo yang dikelilingi pepohonan di hutan. Tersedia pula pemandu yang siap mengantar pengunjung dan porter yang siap membawa barang wisatawan.

Dok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ilustrasi Desa Wisata Tompo Bulu di Sulawesi Selatan yang masuk 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.

Bila ingin aktivitas wisata yang tidak terlalu berat, wisatawan bisa menjelajahi area Desa Wisata Tompo Bulu atau mengunjungi Taman Wisata Lembang. Di taman ini, wisatawan bisa menikmati pemandangan sawah, menyusuri sungai, dan membeli hasil bumi desa tersebut.

Sebagai informasi, jarak ke Desa Wisata Tompo Bulu dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin sekitar 56 kilometer. Durasinya sekitar dua jam. 

Di desa ini sudah tersedia homestay, wisata kuliner, cendera mata, mushala, kamar mandi umum, dan area parkir.

Baca juga: Desa Wisata Campaga Sulawesi Selatan, Lokasi Hutan Lindung 23 Hektar

Direktur Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan Kemenparekraf Indra Ni Tua, memuji desa wisata ini berkat kemampuannya dalam menyatukan wisatawan dengan alam.

"Ini adalah wisata yang akan dicari di masa depan. Di mana wisatawan bisa bersatu dengan alam, produk-produknya ramah lingkungan, kemudian juga budayanya budaya lokal, dan keramahan penduduknya sangat khas di sini," terangnya, dikutip dari keterangan resmi Kemenparekraf, Sabtu (15/7/2023).