Karya yang di ruangan Imaji Kenusantaraan menyoroti persoalan identitas nasional pada era 1970-an. Salah satunya "Hanoman Duta" dari Djoni Trisno.
Alam mengatakan, lukisan tersebut mewakili perubahan besar para perupa di Indonesia setelah peristiwa Gestapu (Gerakan 30 September).
"Ketika Soeharto membalikkan keadaan saat itu, semua orang keluar. Mereka yang tadinya tiarap, tidak berani untuk pameran, lalu berani menghadirkan diri dalam ruangan pameran," tutur Alam.
Baca juga: 5 Spot Foto di Kawasan Kota Tua Jakarta, Ada Meriam
Ruangan selanjutnya menyuguhkan karya bertemakan Eksplorasi Materialitas didominasi oleh seni lukis batik, seperti "Batik/Huruf Jawa Matahari dan Bunga" karya Bagong Kussudiardja dan "Kain Batik/Kaligrafi" dari Mudjitha.
Kurator lain bernama Teguh Margono menuturkan, pada era 1970-an, seni lukis batik sempat menuai pro dan kontra di kalangan para perupa.
"Ada yang menyebut batik bukanlah seni lukis. Seni lukis batik menjadi tren yang berkembang, namun juga ditentang," tutur Teguh.
Baca juga: 6 Barang yang Bisa Dibeli di Pasar Pisang, Pusat Oleh-oleh Khas Kota Tua Jakarta
Alam menjelaskan, karya dalam kategori ini mengembalikan semangat bermain-main yang liar dan jenaka, yang mana para perupa berusaha mengajak publik melihat kembali kekonkretan benda, menolak fine art dan seni tradisional etnik yang digaungkan rezim Soeharto.
Beberapa karya dalam kategori Pencarian Bentuk-bentuk Baru yaitu "Peta Bumi Indonesia Baru" karya Priyanto Sunarto, serta "The Flag of Red and White" dari Bonyong Munny Ardhie.
Baca juga: 3 Titik Parkir Kota Tua Jakarta, Sepeda hingga Truk
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.