Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yen dan Lira Melemah, Liburan ke Jepang dan Turkiye Bisa Lebih Murah

Kompas.com - 21/08/2023, 18:40 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

KOMPAS.com - Liburan ke Jepang dan Turkiye saat ini bisa menjadi lebih murah. Hal tersebut disebabkan melemahnya nilai tukar mata uang yen Jepang dan lira Turkiye terhadap dollar AS, yang dipengaruhi berbagai faktor.

Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan wisatawan untuk berlibur ke berbagai Jepang dan Turkiye. Apakah pelemahan yen dan lira membuat tarif perjalanan wisata ke Jepang dan Turkiye jadi lebih murah? Simak ulasannya berikut ini.

Baca juga:

Pelemahan yen Jepang dan lira Turkiye

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad menjelaskan, sejumlah mata uang termasuk yen Jepang dan lira Turkiye melemah terhadap dollar AS.

Kondisi ini disebabkan, kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) menjadi 5,25-5,5 persen pada Rabu (26/7/2023), yang merupakan level tertinggi dalam 22 tahun terakhir. Kondisi tersebut menyebabkan aliran modal keluar (capital outflow) yang turut melemahkan nilai tukar mata uang.

“Terjadi capital outflow yang besar-besaran dan masing-masing negara dollarnya itu keluar ke pasar global. Nah, itu yang mengakibatkan tekanan mata uang masing-masing negara terhadap dollar AS,” jelasnya kepada Kompas.com, Senin (21/8/2023).

Ilustrasi Turki pada musim dingin.Dok. Pexels/Bhargava Marripati Ilustrasi Turki pada musim dingin.

Selain sentimen eksternal, kejatuhan nilai tukar yen Jepang dan lira Turkiye tersebut dipengaruhi faktor internal. Sebut saja, kebijakan suku bunga ultra rendah di Jepang serta inflasi tinggi di Turki.

Menariknya, lanjut Tauhid, nilai tukar yen Jepang dan lira Turkiye terhadap dollar AS jatuh lebih dalam dibandingkan rupiah.

Nah, kalau kita (rupiah) depresiasinya rata-rata di bawah 3 atau 2 persen. Sementara, nilai tukar negara lain jauh lebih buruk, termasuk Turkiye, Jepang, dan sebagainya,” jelasnya.

Jatuhnya nilai tukar yen Jepang dan lira Turkiye, membuat kedua mata uang tersebut juga melemah di hadapan rupiah. Pasalnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, tidak jatuh sedalam yen Jepang maupun lira Turkiye.

Baca juga:

Berdasarkan pantauan Kompas.com pada Senin (21/8/2023), melalui Google Finance, nilai tukar yen Jepang melemah 11,41 persen terhadap rupiah sejak awal tahun (year to date/ytd). Per Senin (21/8/2023), kurs yen Jepang adalah Rp 105,21.

Sebagai perbandingan, kurs yen Jepang pada awal tahun 2023 masih berada di angka Rp 118,73.

Serupa, nilai tukar lira Turkiye sudah melemah 32,11 persen terhadap rupiah sejak awal tahun. Per Senin (21/8/2023), kurs lira Turkiye adalah Rp 564,36.

Padahal, kurs lira Turkiye pada awal tahun masih berada di angka Rp 831,32. Melemahnya nilai tukar yen Jepang dan lira Turkiye terhadap rupiah ini diamini oleh Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet. 

“Untuk kinerja mata uang tersebut (yen Jepang dan lira Turkiye) terhadap nilai tukar rupiah itu memang beberapa diantaranya mengalami penguatan (rupiah), dan penguatan ini sebenarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor,” tuturnya.

Ilustrasi Turki - Bangunan Hagia Sophia.SHUTTERSTOCK Ilustrasi Turki - Bangunan Hagia Sophia.

Dampak ke sektor wisata 

Pelemahan nilai tukar yen Jepang dan lira Turkiye terhadap rupiah tersebut, turut berdampak positif kepada sektor pariwisata. Yusuf mengatakan, salah satu dampaknya adalah penurunan tarif akomodasi dan restoran bagi wisatawan Indonesia di Jepang dan Turkiye.

“Secara konsep betul bahwa ketika nilai tukar rupiah menguap terhadap mata uang negara-negara tersebut, maka harga akomodasi yang termasuk di dalamnya hotel dan restoran juga berpotensi menjadi lebih murah,” tuturnya.

Sebagai ilustrasi, lanjutnya, untuk mendapatkan 1 yen Jepang, sebelumnya wisatawan Indonesia harus menyediakan uang sebesar Rp 108. Namun, saat nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang menguat, maka wisatawan Indonesia bisa mendapatkan 1 yen Jepang hanya dengan menukarkan uang Rp 105.

“Sehingga, kalau kita lihat di situ ada selisih Rp 3 lebih rendah, dan inilah yang kemudian menjadi penjelas kenapa harga akomodasi untuk beberapa negara yang disebutkan di atas, kemudian menjadi lebih murah,” terangnya.

Baca juga:

Tiket pesawat belum turun 

Gerbang torii di Kuil Fushimi Inari, Kyoto, Jepang. SHUTTERSTOCK/IKUNI Gerbang torii di Kuil Fushimi Inari, Kyoto, Jepang.

Meskipun rupiah menguat terhadap yen Jepang dan lira Turkiye, namun Tauhid menilai dampaknya ke sektor pariwisata tidak terlalu signifikan.

Alasannya, wisatawan masih perlu memperhitungkan harga tiket pesawat yang belum menunjukkan tren penurunan. Sebab, kata Tauhid, harga tiket pesawat masih bergantung pada avtur yang mengacu pada harga minyak dunia.

“Tiket pesawat berbanding lurus dengan harga avtur. Nah, harga avtur berbanding lurus dengan minyak dunia yang sekarang masih 80 dollar AS per barel,” katanya.

“Jadi, belum turun nih harga tiketnya (pesawat), tapi  harga hotel dan makan lokal mungkin turun. Namun, tiket pesawatnya saya kira belum (turun) drastis ya karena mengikuti harga avtur,” imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com