KOMPAS.com - Sebagian kawasan wisata Gunung Bromo mengalami kebakaran hutan, sehingga sejumlah pintu masuk pengunjung harus ditutup. Insiden ini turut menyita perhatian masyarakat.
Baca juga:
Berdasarkan keterangan resmi dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), kebakaran mulanya terjadi pada Rabu (30/8/2023). Titik api berada di sekitar savana kaldera Tengger.
Oleh sebab itu, Balai Besar TNBTS memutuskan untuk menutup pintu masuk Jemplang, Coban Trisula, dan Senduro ditutup untuk pengunjung, pada Jumat (1/9/2023) mulai pukul 20.00 WIB. Setelah api padam, pintu masuk Jemplang, Coban Trisula, dan Senduro dibuka kembali pada Minggu (3/9/2023).
Namun, belum genap 24 jam insiden kebakaran hutan kembali terjadi di selatan view point Gunung Penanjakan. Imbasnya, pintu masuk Wonokitri, Kabupaten Pasuruan, ditutup bagi pengunjung mulai, Minggu (3/9/2023) pukul 18.00 WIB.
Sampai berita ini ditulis, pintu masuk Wonokitri, Kabupaten Pasuruan masih ditutup.
Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mempunyai sejumlahh fakta menarik untuk diketahui, sebagai berikut.
TNBTS mencakup sejumlah kawasan cagar alam dan taman wisata, berdasarkan informasi dari website resmi TNBTS. Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, meliputi:
Sementara itu, total luas kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mencapai 800 kilometer persegi, dikutip dari laman Pesona Indonesia dan Indonesiabaik.id Kominfo.
Saking luasnya, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berada di empat kabupaten di Jawa Timur. Meliputi, Pasuruan, Malang, Lumajang, dan Probolinggo, berdasarkan informasi dari Indonesiabaik.id Kominfo.
Wisatawan bisa mengakses kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dari pintu masuk di masing-masing kota. Misalnya, pintu masuk dari Coban Trisula (Malang), Senduro (Lumajang), Wonokitri (Pasuruan), dan Cemoro Lawang (Probolinggo).
Baca juga:
Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya area konservasi di Indonesia yang mempunyai lautan pasir, yakni laut pasir Tengger, atau dikenal sebagai Pasir Berbisik, berdasarkan informasi dari Indonesiabaik.id Kominfo.
Lautan pasir ini sudah ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi sejak 1919 silam. Keunikan lautan Pasir Berbisik adalah hamparan pasir hitam yang berada di ketinggian, sekitar 2.000 mdpl.
Kini, lautan pasir tersebut menjadi salah satu ikon kawasan Gunung Bromo yang dikunjungi banyak wisatawan. Keindahan lautan Pasir Berbisik ini, menjadikannya sebagai spot foto favorit maupun lokasi prewedding.
Diberi nama Pasir Berbisik, deburan pasir hitam tersebut bertiup seolah berbisik ke telinga para pengunjung, seperti dikutip dari Pesona Indonesia.
Saat berkunjung ke kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, wisatawan bisa menyaksikan panorama enam gunung sekaligus. Meliputi, Gunung Bromo, Gunung Kursi, Gunung Watangan, Gunung Batok, dan Gunung Widodaren.
Dari kelima gunung tersebut, hanya Gunung Bromo yang masih aktif. Selain kelima gunung tersebut, wisatawan juga bisa menyaksikan Gunung Semeru setinggi 3.676 meter, yang merupakan gunung berapi aktif.
Jika menyusuri jalan ke arah selatan, maka wisatawan akan menemukan dataran terjal yang terbelah oleh lembah dan dihiasi dengan danau-danau indah, hingga mencapai kaki Gunung Semeru, seperti dikutip dari Pesona Indonesia.
Baca juga:
Tidak banyak yang mengetahui, bahwa Gunung Bromo memiliki keunikan yakni kaldera di dalam kaldera, seperti dikutip dari Indonesiabaik.id Kominfo. Sebab, terdapat gunung berapi aktif, yakni Gunung Bromo di dalam kaldera Gunung Tengger.
Oleh sebab itu, Gunung Bromo juga dikenal sebagai kaldera Gunung Tengger. Untuk diketahui, Gunung Tengger adalah gunung api purba berukuran raksasa, dengan tinggi sekitar 4.000 meter, dan telah hancur akibat erupsi berulang kali.
Letusan gunung purba tersebut, menciptakan kaldera dan memunculkan beberapa anak gunung, yang dapat dijumpai sekarang ini. Keunikan ni menjadikan kawasan taman nasional ini menjadi salah satu wisata andalan Jawa Timur, maupun Indonesia.
Suku Tengger merupakan suku yang mendiami dataran tinggi di sekitar Pegunungan Tengger, yang meliputi kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, seperti dikutip dari Kompas.com (21/8/2021).
Ada banyak teori dari ahli mengenai asal mula suku Tengger. Namun, masyarakat Suku Tengger percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari Kerajaan Majapahit.
Sejak masa kerajaan Hindu di Pulau Jawa, Pegunungan Tengger diakui sebagai tempat suci yang dihuni abdi spiritual dari Sang Hyang Widi Wasa, atau dikenal sebagai Hulun.
Teori ini pun dibuktikan dengan adanya Prasasti Walandhit berangka 851 Saka atau 929 M. Di dalam prasasti tersebut diceritakan adanya sebuah desa bernama Walandhit di Pegunungan Tengger yang merupakan tempat suci yang didiami oleh Hyang Hulun atau abdi Tuhan.
Tidak banyak yang menyangka bahwa terdapat pura di tengah lautan pasir di bawah kaki Gunung Bromo. Pura tersebut bernama Pura Luhur Poten, seperti dikutip dari Pesona Indonesia.
Pengunjung akan menemukan asimilasi budaya Jawa dan Bali pada bangunan pura. Daya tarik Pura Luhur Poten adalah menghadirkan nuansa Indonesia zama dulu, karena bangunan pura berdiri kokoh sendiri di alam luas tanpa bangunan-bangunan lainnya.
Baca juga:
Yadnya Kasada adalah upacara adat Suku Tengger. Ritual ini dilaksanakan pada hari ke-14 bulan Kasada, setiap tahunnya dikutip dari Pesona Indonesia.
Upacara Yadnya Kasada sudah berlangsung sejak abad ke-14, dan selalu bertepatan dengan kemunculan bulan purnama. Upacara ini berlangsung dua hari, serta digelar oleh masyarakat Suku Tengger, yang merupakan pemeluk agama Hindu kuno.
Dalam upacara tersebut, masyarakat Suku Tengger akan membawa berbagai macam hasil bumi dan hewan peliharaan sebagai sesembahan.Semua persembahan tersebut, akan dilarung ke dalam kawah Gunung Bromo sebagai persembahan kepada Dewa Brahma.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.