Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pelaku Wisata Bromo Pasca-tutup Total, Sepi Pengunjung hingga Minta Reschedule

Kompas.com - 12/09/2023, 12:19 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wisata Gunung Bromo yang tutup total akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), menyebabkan pemasukan sejumlah pelaku wisata menjadi macet. 

Seperti dirasakan salah seorang supir jip wisata Bromo bernama Fendi yang mengaku adanya penurunan wisatawan selama beberapa hari terakhir. 

"Misalnya satu hari minimal dapat 1-2 trip, perkiraan seminggu dapat minimal tujuh kali trip, sekarang paling Sabtu dan Minggu aja yang bawa wisatawan," kata Fendi saat dihubungi Kompas.com, Senin (11/9/2023).

Baca juga: Gunung Bromo Tutup karena Kebakaran, Air Terjun Madakaripura Masih Buka

Pria yang sudah dua tahun berprofesi sebagai pengemudi jip wisata ini menyampaikan, lokasi kunjungan wisatawan di Bromo juga tentunya berkurang.

Jika sebelum kebakaran terdapat satu paket penuh kunjungan ke beberapa lokasi, termasuk Bukit Teletubbies, Penanjakan, dan Pasir Berbisik, saat ini yang bisa dikunjungi hanya Seruni Point.

"Jadi sekarang yang baca jip macet (pendapatannya). Karena hanya ke sunrise point-nya saja. Biasanya kan full lokasi. Jadi pendapatan juga separuhnya saja. Biasa sekali jalan Rp 750.000an sama tiket masuk, sekarang setengahnya paling Rp 300.000," imbuh Fendi. 

Sebagai informasi, Seruni Point yang ada di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, merupakan wisata di luar kawasan TNBTS. Selain jauh, area ini juga dikelola oleh warga. 

Operator wisata di Bromo kena pembatalan

Lebih lanjut, kata dia, tak hanya para pengemudi jip wisata yang merasakan dampak kebakaran hutan berhari-hari di Bromo.

Fendi mengatakan, banyak pelaku wisata lainnya terutama penjual warung dan jasa penyewaan kuda, yang saat ini benar-benar terdampak.

Baca juga: Mengenang Indahnya Padang Sabana Bromo Sebelum Kebakaran

"(Kalau jip) masih bisa ke Seruni point lihat sunrise-nya. Tapi warung-warung di lautan pasir itu terdampak banget, karena enggak bisa turun. Sama (penyewaan) kuda juga kena," tutur dia. 

Senada, penyedia wisata tur Bromo sekaligus anggota driver jip bernama Alap mengatakan, dirinya juga terkena dampak kebakaran lahan dan hutan kawasan TNBTS. 

"Sebelumnya kami cukup banyak planning atau jadwal yang udah masuk di tanggal-tanggal Bromo tutup saat ini. Banyak klien kalau ditotal sekitar 300 orang lebih untuk beberapa hari. Beberapa reshedule, ada yang cancel, ada juga yang ganti program offroad," kata Alap.

Wisatawan mesti menaiki jip untuk mencapai puncak Bromo.Indonesia.Travel Wisatawan mesti menaiki jip untuk mencapai puncak Bromo.

Ia mengaku prihatin karena melihat banyaknya rekan-rekan atau teman sesama penyedia jasa wisata maupun pengemudi jip yang menggantungkan mata pencaharian utama mereka pada sektor tersebut. 

Ia juga menyebut, orderan wisata nyaris tidak ada yang masuk dalam waktu-waktu dekat. Kebanyakan baru bertanya, kapan kira-kira kondisi Bromo kembali seperti semula. 

"Beberapa hari ini, setelah ada info kebakaran, klien keluarga belum ada yang chat lagi mau wisata ke Bromo. Hanya tanya aja kira-kira kapan selesai. Di kantor saya (dampaknya) terasa, karena target per bulan, tapi jadi banyak yang cancel, membuat tim merasa tertekan," tutur dia. 

Baca juga: Kebakaran di Bromo Sudah 5 Hari, Ini Alasan Api Tak Kunjung Padam

Laki-laki yang sudah sekitar tujuh tahun menggeluti bidang pariwisata ini mengatakan, untuk beberapa wisatawan yang sudah terlanjur datang ke Jawa Timur, pihaknya akhirnya menawarkan opsi lain. 

Beberapa alternatif yang ia sediakan seperti aktivitas outbond, outing, atau offroad di Batu dan Malang. 

"Weekend sama hari ini kami tetap mengantar offroad ke alternatif lain, ke Kota Malang atau Batu. Jadi yang ke Bromo enggak bisa, offroad di Batu dulu. Untuk klien ada banyak yang sudah booking sampai Desember, nanti plan A sama plan B nya seperti apa nanti kami bahas dengan kliennya," pungkas Alap. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com