Masjid Raya Makassar memiliki arsitektur bangunan megah bergaya Timur Tengah. Masjid yang mampu menampung hingga 50.000 jemaah ini berlokasi di Jalan Bulusaraung, Gaddong, Kecamatan Bontoala, Kota Makassar.
Salah satu masjid terindah di Indonesia Timur ini, merupakan saksi sejarah perjuangan masyarakat Makassar melawan penjajah. Di balik kemegahannya, ternyata desain awal Masjid Raya Makassar cukup unik, yakni berbentuk menyerupai badan pesawat terbang, berdasarkan informasi dari situs Dunia Masjid.
Daya tarik Masjid Raya Makassar adalah keberadaan Al Quran raksasa berukuran 1x1,5 meter persegi dengan berat 584 kilogram, seperti dikutip dari Kompas.com (28/5/2017). Seperti Al Quran pada umumnya, tulisan ayat-ayat suci itu berjumlah 6.666 ayat yang terangkum dalam 30 juz serta 605 lembar.
Baca juga:
Sesuai namanya, masjid ini dibangun untuk mengenang Laksmana Cheng Ho Laksamana Cheng Ho, seorang penjelajah dunia yang terkenal asal China. Cheng Ho pernah singgah di Makassar, serta sejumlah kota lainnya di Indonesia, seperti Semarang, Surabaya, Batam, dan sebagainya.
Masjid Muhammad Cheng Ho memiliki arsitektur unik dengan ciri khas Tionghoa, negara asal sang laksmana. Warna cat masjid didominasi merah dan kuning, khas Tionghoa.
Selain itu, kubah utamanya tidak berbentuk bulat, melainkan menyerupai bentuk kelenteng. Destinasi wisata religi ini berada di Jalan Tun Abdul Razak, Kabupaten Gowa, sekitar 6 km atau 15 menit dari Kota Makassar.
Masjid Al Markaz Al Islami merupakan salah satu masjid termegah dan terbesar di kawasan Indonesia Timur. Lokasinya berada di Jl. Masjid Raya Nomor 57, Kota Makassar.
Arsitektur masjid terinspirasi dari Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, berdasarkan informasi dari Dunia Masjid. Namun demikian, bentuk masjid tidak melupakan unsur khas Sulawesi Selatan, yang terlihat dari atap berbentuk kuncup segi empat menyerupai Masjid Katangka, Gowa, masjid tertua di Sulawesi Selatan.
Daya tarik masjid ini adalah menara setinggi 84 meter, dengan ukuran 3 x 3 meter. Tinggi menara ini hanya kurang 1 meter dari menara Masjid Nabawi.
Ada sejumlah bangunan sejarah di Kota Makassar yang menjadi destinasi wisata. Salah satunya adalah Benteng Rotterdam yang merupakan salah satu ikon Kota Makassar.
Berdasarkan informasi dari Kompas.com (19/8/2021), Benteng Rotterdam merupakan peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang terletak di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar.
Benteng ini dibangun pada 1545 oleh Raja Gowa ke-10, I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung dengan gelar Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Awalnya, benteng ini bernama Benteng Jumpandang atau Benteng Ujung Pandang.
Namun, pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, benteng ini terpaksa diserahkan kepada Belanda, sebagai bagian dari Perjanjian Bongaya usai kalah dalam Perang Makassar. Setelah jatuh ke tangan Belanda, bangunan Benteng Ujung Pandang diubah menjadi bergaya arsitektur Belanda, dengan nama Benteng Fort Rotterdam.
Tidak hanya bangunan peninggalan Belanda, kamu bisa menjumpai kawasan pecinan di Makassar. Lokasinya tidak jauh dari Pantai Losari, tepatnya di Jalan Ahmad Yani, Nusantara, Kota Makassar
Sekitar abad ke-16, etnis Tionghoa berkunjung ke pesisir pantai selatan untuk berdagang. Sejak itu, mereka membangun pemukiman Tionghoa di kawasan ini.
Seperti pecinan pada umumnya, pengunjung bisa menyaksikan bangunan dan pernak-pernik khas Tionghoa berwarna merah dan kuning. Selain itu, terdapat pula Klenteng Ibu Agung Bahari yang kental dengan nuansa oriental.