Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Pebalap MotoGP Bermain Seni Tarung Peresean Lombok, Apa Itu?

Kompas.com - 15/10/2023, 21:49 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

 

Sejarah peresean Lombok

Sejarah tradisi peresean ternyata berawal dari legenda Putri Mandalika, seperti dikutip dari Kompas.com (16/1/2023). Pertarungan ini menggambarkan perselisihan antara pangeran-pangeran yang memperebutkan sang putri yang cantik jelita tersebut.

Namun akhirnya, Putri Mandalika memutuskan untuk tidak memilih siapapun, karena rasa cintanya yang besar kepada masyarakat sehingga menginginkan semua rakyat hidup dalam rukun dan damai.

Tak disangka, Putri Mandalika justru menceburkan dirinya ke laut. Setelah kepergian Putri Mandalika itu, muncu cacing berwarna-warni dengan jumlah yang sangat banyak di pantai tempat Putri Mandalika menceburkan diri.

Nah, hewan inilah yang kemudian disebut nyale, serta menjadi sejarah tradisi Bau Nyale di Lombok, seperti dikutip dari situs Dinas Pariwisata NTB. 

Baca juga:

Aturan peresean Lombok

Tarian Peresean di Desa Sade, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB)KOMPAS.com/ELSA CATRIANA Tarian Peresean di Desa Sade, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB)

Selama bertanding, para pepadu wajib mematuhi aturan peresean yang sudah dilestarikan turun temurun. Berikut sejumlah aturan peresean seperti dikutip dari Kompas.com (16/1/2023).

1. Pepadu hanya boleh menggunakan perlengkapan perang penjalin dan ende. Dengan bertelanjang dada, pepadu memegang penjali di tangan kanan dan ende di tangan kiri.

2. Petarung tidak dipersiapkan sebelumnya, karena mereka dipilih dari penonton yang hadir ketika acara pertarungan dimulai. Selain itu, pepadu yang berada di arena juga menunjuk salah satu peserta yang hadir untuk menjadi lawannya.

3. Setiap pepadu hanya boleh memukul bagian atas tubuh lawannya. Mereka dilarang memukul bagian bawah tubuh dari pinggang hingga kaki.

4. Nilai tertinggi akan didapat jika mampu memukul kepala lawannya.

5. Pertarungan peresean dilakukan dalam lima ronde. Pertarungan akan dianggap selesai jika salah satu dari pepadu mengeluarkan darah. Pemenangnya adalah pepadu yang tidak terluka.

6. Selama pertarungan berlangsung, pepadu akan diawasi oleh wasit atau disebut pekembar. Ada dua pekembar yang mengawasi jalannya pertarungan, yaitu pekembar sedi yang mengawasi jalannya pertarungan dari luar arena, dan pekembar tengah yang mengawasi jalannya peresean di tengah arena.

7. Pepadu yang menang dan kalah akan mendapat hadiah yang merupakan penghargaan bagi keberanian mereka. Hadiah itu disebut peris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com