Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Ikan Patin, Mandau, hingga Batu Kecubung

Kompas.com - 26/01/2015, 08:34 WIB
JIKA sudah ke Kotawaringin Barat, mungkin akan rugi jika kita sekadar menikmati sejumlah obyek wisata dan mengabaikan kekayaan kuliner dan cendera mata yang khas. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bumi Kalimantan kaya sumber daya alam.

Di Kotawaringin Barat, cicipilah masakan dari ikan bawal, patin, nila, senangin, kakap, atau udang galah, cumi- cumi, kerang, dan kepiting. Asal tahu saja, kondisi alam Kotawaringin yang akrab dengan sungai dan rawa menjadi surga bagi ikan-ikan tersebut.

Anda mungkin akan terpana ketika disajikan masakan ikan dengan ukuran besar. Seekor ikan patin bakar utuh hampir seukuran piring oval. Menyantap daging patin yang besar itu sudah membuat kita kenyang sehingga tidak perlu nasi saat makan.

Irisan mentimun cukup besar, dan terbayang lalapan itu sebesar pemukul bisbol. Kami juga terkesima melihat nanas yang diiris berdiameter hampir sebesar diameter bola takraw.

Makanan khas Kotawaringin adalah soto manggala. Masakan ini berbahan singkong (manggala) dengan aneka bumbu dan rempah. Masakan ini adalah kreasi Kesultanan Kutaringin yang kemudian populer di kalangan warga.

Warung, rumah makan, dan restoran yang menyediakan masakan sari laut dan masakan khas soto manggala cukup banyak terdapat di Pangkalan Bun dan daerah lain di Kotawaringin Barat.

Jika ingin membawa oleh-oleh, datanglah ke kios atau toko cendera mata di Pangkalan Bun dan Kumai. Di Pangkalan Bun akan mudah ditemukan toko-toko yang menjual batu kecubung dan batu hias atau akik senilai Rp 50.000 sampai lebih dari Rp 1 juta dalam rupa cincin, anting, gelang, dan kalung.

Pernak-pernik dari batu aji atau marmer muda dijual dengan harga terjangkau. Misalnya, gantungan kunci senilai Rp 5.000 sampai Rp 15.000.

Selain itu, ada juga perhiasan dari rotan, akar, dan daun, serta manik-manik. Baju atau kaus oblong bermotif suku asli Kalimantan yang dikenal dengan sebutan generik Dayak, serta hiasan dinding dalam rupa senjata, yakni parang, perisai, tombak, sumpit, dan topeng, juga tersedia di sana.

Ada juga ramuan atau obat tradisional dari akar, dahan, daun, dan bunga tumbuhan hutan yang cukup direbus dan airnya diminum secara rutin. Bagi yang mencari madu hutan, jangan khawatir, di toko-toko cendera mata juga tersedia.

Penganan khas jelas ada dan sebenarnya juga dikenal luas di Kalimantan, yakni amplang atau kerupuk berbahan ikan. Jika ingin mencari amplang ikan tenggiri atau ikan laut, pusat produksi ada di Kumai.

Bagi yang ingin amplang ikan belida atau ikan pipih atau ikan sungai, pusat produksi ada di Pangkalan Bun. Jangan lupakan keripik, pangsit, kerupuk, ikan asin, dan dendeng ikan, atau dendeng rusa.

Begitulah. Beragam sensasi yang bisa direguk dari daerah di pesisir selatan Pulau Borneo ini. Keberagaman kuliner dan buah tangan mencerminkan kreativitas masyarakat setempat dalam mengelola sumber daya alam. Pesona yang terhampar dan tersuguh tak lepas dari kemampuan manusia setempat memberi nilai tambah terhadap anugerah Ilahi.

Hidangan ikan patin, suvenir berupa mandau dan batu kecubung yang kinclong itu adalah sebagian kecil dari buktinya. (BRO/DKA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Travel Update
Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Travel Update
3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

Travel Update
9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

Jalan Jalan
Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Travel Update
6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com