Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sagu Ambon Manise

Kompas.com - 30/04/2015, 10:35 WIB
JAJANAN tradisional khas Maluku berbahan sagu menjadi sajian utama di Kafe Sibu-Sibu di tengah kota di Ambon. Bagi warga Maluku, termasuk yang di perantauan, makanan dari bahan sagu menjadi obat rindu pada masa lalu.

Sepiring jajanan tradisional khas Maluku tersaji di atas meja. Bentuknya sangat beragam meski dibuat dengan bahan baku yang sama, yaitu sagu. Bahan baku yang menjadi makanan utama masyarakat di sekitar Maluku.

Ada yang berbentuk segitiga berwarna kecoklatan, atau yang berbentuk bintang berwarna kuning kecoklatan. Ada lagi yang berbentuk kotak berwarna coklat dan jajanan yang berbentuk tidak beraturan di atas talam daun pisang.

Orang Ambon mengenal jajanan tersebut dengan berbagai nama. Kue sagu kenari atau kue talam sagu, kue bintang kenari atau cake sagu, lalu juga kasbitone dan koyabu. Kue talam sagu dan cake sagu berbahan dasar sagu, sementara koyabu dan kasbitone berbahan dasar singkong. Saat dicicip, rata-rata terasa manis. Cita rasa yang diperoleh dari penggunaan gula aren pada banyak makanan tradisional Nusantara.

Sagu yang merupakan bahan baku utama menjadikan jajanan tradisional itu terasa berat saat dikunyah. Makan beberapa potong saja rasanya kenyang seketika. Dalam piring yang lain, dua potong kue gulung berwarna putih kecoklatan dengan saus yang meleleh di sekitarnya terlihat sangat menggoda. Di Maluku, makanan itu dikenal dengan nama sinoli.

Sinoli menjadi sajian yang istimewa karena saat ini sinoli sudah sulit ditemukan, bahkan di pasar-pasar tradisional sekalipun. Jajanan ini terbuat dari sagu yang dicampur dengan parutan kelapa, pala bubuk, kenari, dan gula aren.

”Membuatnya dengan cara ditekan-tekan di wajan sampai tipis seperti dadar. Kalau sekarang, kan, mudah karena ada wajan antilengket. Lalu digulung dan disajikan dengan saus gula aren,” kata pemilik Kedai Sibu-Sibu, June (48). Tidak ada bahan tambahan lain, kecuali garam.

KOMPAS/DWI AS SETIANINGSIH Kue sagu kenari, kue bintang kenari, kasbitone, dan koyabu.
Saat disuap ke dalam mulut, bau harum pala samar terasa. Potongan sinoli terasa nikmat dengan tambahan saus gula aren. Sagu yang gurih pun berpadu dengan rasa manis, membuat tangan tak henti menyuap lagi dan lagi. Tersaji pula pancake sagu yang disajikan dengan selai buah pala yang legit. Duh….

Tampilan menarik

Kue talam sagu terbuat dari sagu, santan, lalu gula aren dan sedikit kayu manis yang dimasak hingga kental. ”Setelah adonan kental, kemudian baru diletakkan di dalam wadah, lalu di atasnya diberi cacahan kenari,” kata June.

Sementara cake atau kue sagu terbuat dari sagu, kenari, dan gula aren. Sesuai dengan namanya, cara membuatnya seperti kue-kue lainnya dengan cara dioven. Yang membedakan adalah bahan bakunya yang didominasi sagu. Cake sagu disajikan dengan wadah kertas yang biasa digunakan menyajikan muffin.

”Sengaja dibikin dengan kemasan seperti ini supaya terlihat cantik dan menarik. Karena yang datang ke sini mulai dari anak-anak hingga anak- anak muda. Kalau makan dengan tampilan yang biasa saja, mereka tidak tertarik,” ujar June.

Jajanan dari olahan sagu semakin sedap dinikmati bersama secangkir kopi rempah rarobang yang menjadi kekhasan di Kafe Sibu-Sibu. Kopi rarobang diracik dari kopi Arabica pilihan dengan rempah-rempah berupa cengkeh, daun pandan, jahe, dan serai. Pengunjung umumnya menyukai kopi rarobang karena efek hangat yang ditimbulkan saat masuk ke dalam tubuh.

Angin Sepoi-sepoi

Menurut June, Sibu-Sibu yang memiliki arti angin sepoi-sepoi sudah berdiri delapan tahun lalu. Ide untuk menyajikan jajanan khas Ambon datang dari sang suami, Victor (50), yang merupakan penggemar musik.

”Dari awal berdiri, Sibu-Sibu memang menyediakan snack tradisional atau jajanan khas Ambon. Suami saya yang punya ide untuk bikin tempat yang bisa menampung banyak orang, yang di dalamnya menyediakan jajanan tradisional Ambon,” ujar June.

KOMPAS/DWI AS SETIANINGSIH Musisi senior Zeth Lekatompessy menyanyi dan memainkan musik di Kafe Sibu-Sibu
Terdapat lebih dari 10 jenis jajanan khas Ambon yang semuanya dibuat oleh tangan-tangan terampil mama-mama Ambon. ”Kami sengaja berdayakan ibu-ibu agar ada kesibukan. Mereka membuatnya di rumah, lalu membawanya ke sini,” kata June.

Dengan menyediakan jajanan tradisional khas Ambon, June dan Victor berharap masyarakat Ambon tidak lupa dengan makanan khas yang pernah menjadi bagian hidup mereka sejak kecil.

”Saat saya kecil, makan jajanan seperti ini juga. Ibu saya bikin koyabu atau kasbitone, tapi dibikinnya masih ala rumahan. Jadi, memang ada kerinduan yang muncul untuk kembali menikmati jajanan tradisional seperti ini,” kenang June.

Jajanan-jajanan tersebut umumnya dinikmati pada pagi dan sore hari, khususnya di kawasan pedesaan. ”Biasanya dimakan sambil minum kopi atau teh sambil ngobrol-ngobrol. Kadang juga sebagai pengganti nasi. Kalau orang Ambon perkotaan, sarapan paginya roti,” tutur June. (DWI AS SETIANINGSIH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com