Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumput Pasir, Sejuta Kenangan

Kompas.com - 24/09/2015, 08:41 WIB
SUVENIR biasanya disimpan sebagai pengingat kenangan. Dibandingkan dengan menyimpan produk suvenir pabrikan, ada orang-orang yang sengaja memilih sejumput pasir sebagai penyambung ikatan alamiah dengan berbagai tempat di dunia.

Rumah Martin Widjaja dan Fransisca Maria Faats di Tanah Abang, Jakarta Pusat, dihiasi beragam suvenir, mulai dari pin, kerang, hingga gading purba mamut yang dibeli secara legal. Dari pin yang tertempel menyesaki peta dunia, terlihat bahwa pasangan suami istri ini telah mencicipi penjelajahan hampir ke semua negara di dunia.

Namun, harta sesungguhnya dari perjalanan yang ditempuh puluhan tahun ketika berlibur itu justru berupa koleksi pasir. Dari awalnya sekadar sebagai pengingat tempat, pasir kini telah menjadi tujuan utama dari sebuah perjalanan. Berbekal katalog International Sand Collectors, suami istri ini sengaja mengatur agenda wisata demi berburu pasir-pasir unik.

”Tadinya kelihatan sama, tetapi begitu diperhatikan, tidak ada pasir yang sama. Itu yang kasatmata, apalagi kalau dilihat pakai mikroskop. Luar biasa dan saya kaget. Banyak pasir seperti terlihat biasa, tetapi kalau diperhatikan: suatu karya seni yang abadi,” kata Martin.

Tepat di ruang tengah yang membatasi ruang tamu dan ruang keluarga, pasir-pasir dari 1.200 lokasi di dunia itu disimpan dalam beragam botol. Dua lemari penuh berisi koleksi pasir yang sarat cerita. ”Kalau olahraga pagi, biasanya sambil ngelihat pasir. Ingat di mana dapat pasirnya. Ini upaya menyenangkan diri. Suatu cara membahagiakan diri,” lanjut Martin.

Di atas meja bar, Martin dan Fransisca meletakkan beberapa botol berisi pasir-pasir yang paling indah. Beberapa botol menampakkan pasir dengan warna merah yang tak sama. Pasir merah itu berasal dari Wilpattu National Park, Srilanka; Red Beach, Pulau Komodo; hingga pasir merah dari kota tua Petra di Jordania.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com