Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Belanja Suvenir di Kampung Sade

Kompas.com - 15/11/2015, 08:00 WIB
Jonathan Adrian

Penulis

LOMBOK, KOMPAS.com - Siapa bilang kampung adat hanya tempat menikmati "mesin waktu ke masa lalu"? Di Kampung Adat Sade, pengunjung dapat menikmati berbelanja langsung ragam hasil tangan masyarakat tradisionalnya.

Kampung Adat Sade adalah dusun di Desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Masyarakat di sini selain hidup dari bertani dan menenun, juga hidup dari menjual oleh-oleh. Bahkan, Kampung Adat Sade sudah jadi salah satu sentra oleh-oleh yang terkenal di Lombok.

"Di sini juga tempat jual oleh-oleh," ujar pemandu Kampung Adat Sade, Salim.

Jika datang ke sini, ada banyak barang yang dapat dibeli, semuanya adalah khas Lombok. Untuk olahan tenun misalnya, ada songket, semacam kain panjang yang biasanya digunakan untuk kostum keseharian atau upacara tertentu.

Songket biasanya diselipkan di bahu kanan, miring ke pinggang kiri, disangkutkan pada kain sarung. Ada juga sarung yang terbuat dari tenun, sajadah dari tenun, bahan pakaian, hingga bed cover.

Semua olahan tenun ini menggunakan pewarna alami. Warna kuning misalnya diambil dari kunyit, warna biru dari nila, coklat dari serabut kelapa, merah dari kulit kayu leke, hingga hijau dari daun kecipir.

Karena menggunakan warna alami, maka warna yang ditampilkan cenderung pudar atau kalem. Jadi, jika belanja kain di sini, jangan terkecoh dengan warna-warna cerah yang menyala-nyala. Karena yang menggunakan warna alami justru warnanya lebih pudar.

Untuk satu produk tenun, penenun mampu menyelesaikannya dalam waktu satu minggu hingga tiga bulan, tergantung kerumitan motif dan panjang kain. Jadi selain motif, yang menentukan harga di sini adalah panjangnya.

Untuk produl-produk tenun, dijual dari harga Rp 50.000 hingga Rp 500.000 per produk. Jika sedang sepi pengunjung, harga bisa lebih murah. Tak perlu takut menawar.

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Inaq Melan (60), menjajakan kain tenun di Desa Sade, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
Selain tenun, pengunjung juga dapat membeli aneka gelang di Sade. Gelang terbagi dua macam, ada yang melingkar polos, ada yang pipih dan memiiliki tulisan. Gelang-gelang ini juga memakai pewarna alami sehingga warnanya cenderung pudar atau norak.

Gelang-gelang ini dihargai Rp 10.000 untuk tiga buah hingga Rp 5.000 per buah, tergantung bentuk dan kerumitan juga. Jika ada tulisan pada gelangnya, biasanya harga akan lebih mahal.

Atau pengunjung juga dapat membeli aneka benang tenun di sini. Menyaksikan proses menenun juga jadi tontonan cukup menarik.

Selain itu, pemburu benda antik juga dapat mencari kelontongan sapi alias lonceng sapi. Harganya berkisar antara Rp 150.000 - Rp 400.000 tergantung pada ukurannya.

"Dulu masih murah, sekarang sudah naik," papar Salim.

Kampung Adat Sade memiliki lahan seluas 7 hektare, dihuni oleh 150 kepala keluarga yang masih satu pertalian darah. Rumah-rumahnya dibangun dari bambu dan jerami. Masyarakat menyebutnya Bale. Kebanyakan rumah adalah Bale Tani karena penghuninya adalah pentani.

Masyarakat Kampung Adat Sade adalah orang Sasak (suku asli Lombok) asli. Mereka yang berusia 40 tahun ke atas biasanya belum bisa berbahasa Indonesia. Maka pergilah bersama pemandu untuk memudahkan proses tawar menawar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com