"Kalau musim ramai (high season) seperti akhir tahun atau antara Mei, Juni, Juli hingga Agustus, turis asing bisa lebih dari seribu orang berkunjung ke Nusa Lembongan setiap harinya," kata Made Sutirta, salah seorang nelayan pariwisata di kawasan Sanur, Sabtu (2/1/2016).
Keindahan Nusa Lembongan, menurut Sutirta, memang sangat luar biasa. Pengunjung bisa menikmati "Dream Beach", pantai yang pasirnya putih dan sangat lembut. Panjang pantai seluruh wilayah Nusa Lembongan mencapai sekitar 4,6 km.
Destinasi yang difavoritkan pengunjung adalah wisata mangrove. Pengunjung akan diajak menaiki perahu dan diajak mengelilingi hutan mangrove. Biaya wisata ini adalah Rp 50.000 per orang.
"Pilihan wisata lain adalah menelusuri goa alam atau buatan yang dikenal dengan nama Goa Gala. Bisa menikmati sensasi terjun dari ketinggian tebing tinggi menuju laut lepas. Atau mendaki bukit untuk menunggu matahari terbenam, snorkeling serta berkeliling ke perkampungan penduduk," katanya.
Kalau orang lokal, biaya menyerang antara Rp 65.000 - Rp 75.000. Turis asing bisa mencapai Rp 300.000 per orang untuk sekali jalan. Waktu penyeberangan sekitar 1,5 jam.
"Dahulu tahun 1990-an, boat yang menyeberang ke Nusa Lembongan hanya satu kali dalam sehari dan itu juga hanya ada pada sore hari. Sekarang dari pagi sampai sore, lebih dari 20 kali boat yang berangkat dari Sanur ke Nusa Lembongan," ujarnya.
Kapasitas boat itu bermacam-macam. Boat kecil bisa berkapasitas 30 orang. Boat menengah kapasitas 50 orang, sedang boat besar bisa menampung penumpang sampai 80 wisatawan.
Sesampai di Nusa Lembongan, wisatawan biasanya memutuskan untuk menginap agar lebih lama menikmati masa berlibur di Nusa Lembongan. Keindahan alam dan jauh dari hiruk-pikuk, membuat wisatawan betah menghabiskan waktu di Nusa Lembongan.
"Kalau mau menginap, ada yang kelas home stay di rumah penduduk dengan tarif Rp 200 ribu per malam. Namun ada juga kelas hotel berbintang dengan tarif sampai Rp 6,5 juta sampai Rp 7 juta per malam. Harga ini memang fantastis karena sedang high season seperti sekarang," ujar Sutirta.
"Sekitar 1990-an, harga tanah Rp 1 juta-Rp 2 juta per are. Sekarang kisarannya harga tanah mencapai Rp 700 juta-Rp 1 miliar per arenya. Sudah menyamai harga tanah di Bali daratan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.