Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Hidangan "Aneh" Legendaris ala Warung Cak Mis Surabaya

Kompas.com - 29/06/2016, 19:12 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Coba ketik 'warung Cak Mis Surabaya' di mesin pencarian internet, dijamin Anda pasti akan menemukan berbagai judul artikel aneh perihal warung makan satu ini. 

Cak Mis memang sudah tak asing bagi warga Surabaya, warung dengan konsep seperti angkringan di Jogja ini menyediakan berbagai lauk gorengan, sate, dan kue dengan harga merakyat.

Jika melihat tampilan gerobaknya dan makanannya, tak ada yang berbeda dengan warung lain. Tetapi tunggu sampai Cak Mis menyebutkan nama makanan yang ia jual. 

"Ada sembako yang paling laku di sini. Sembako itu nasi bungkusan, isinya bisa daging, telur, serundeng, atau bandeng. Kalau kepala ayam sebutnya kepala pusing. Usus ayam itu dipanggil Krisdayanti, sate keong itu keong racun, guling itu lumpia, jaheitun ya jahe panas," ujar Cak Mis saat KompasTravel berkunjung ke warungnya, Selasa (28/6/2016). 

Nama-nama tersebut diakui Cak Mis bukan hanya datang dari idenya sendiri. "Banyak pengunjung yang ikut kasih nama, kalau cocok dipakai kalau tidak ya tak dipakai," kata Cak Mis.

Bertahun-tahun lalu bukan hanya makanan Cak Mis yang dikenal memiliki nama unik dan 'nyeleneh'. Cara menghitung Cak Mis sebenarnya juga terkenal. Ia dapat menyebutkan angka harga menjadi simbol di buku tafsir mimpi.

"Ya itu dulu, sekarang tak boleh lagi. Togel itu dilarang. Tak boleh main togel ya," pesan Cak Mis.

Di balik pemberian nama yang unik akan makanan jajaannya, ada satu hal yang membuat KompasTravel penasaran. Warung Cak Mis tak memiliki papan nama atau penanda apapun.

Tenda terpal warna jingga di depannya sama sekali tak memiliki spanduk seperti warung makan pada umumnya. Selain itu warung Cak Mis tak berada di tepi jalan besar, agak masuk ke dalam wilayah perumahan dengan penerangan jalan yang seadanya. Tepatnya di Jalan Bintoro.

"Ini mah karena hujan pakai tenda, biasa justru polos saja. Cuma ada gerobak," ungkap Cak Mis.

Ia berkata tak perlu papan nama, "Tak ada cap, bilang Cak Mis sudah tahu kok. Ini warung rakyat tak boleh pakai merek," ujarnya.

Benar saja, pukul sepuluh malam dengan cuaca hujan pengunjung masih terus berdatangan ke warung Cak Mis. Warung Cak Mis ini bisa disebut warung makan yang legendaris.

"Saya tak tahu ini warung dari tahun berapa. Saya generasi keempat penerus warung. Saya saja sudah 35 tahun jualan di sini. Dari cilik (kecil) saya sudah ikut jualan. Pembeli saya dari muda sampai sekarang bawa cucunya," cerita Cak Mis.

Warung Cak Mis buka setiap hari dari pukul tiga sore sampai dua pagi. Soal harga Cak Mis tak mau mematok.

"Pernah masuk TV, dibilang harga sembako (nasi bungkus) Rp 3.500 padahal harga barang naik terus, nanti pembeli protes kalau harganya beda. Jadi disesuaikan saja," kata Cak Mis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com