Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harmoni di Atap Dunia

Kompas.com - 22/10/2013, 17:45 WIB
WALAUPUN badannya sedikit gemuk, nenek ini berjalan dengan cepat. Mulutnya bergerak-gerak tak putus berdoa. Kerutan di dahi dan pipinya menunjukkan usianya pasti tidak muda lagi.

Di tangan kanannya dia membawa besi bulat berbentuk silinder seperti kaleng berisi teks ajaran Buddha. Peranti berdoa yang diberi nama ma ni lag ’khor ini tak berhenti diputar sepanjang perjalanan mengelilingi Istana Potala. ”Malas” (semacam tasbih) digenggam di tangan kirinya. Ternyata ia tidak sendiri. Ada banyak orang melakukan ritual yang sama, dan ini merupakan pemandangan yang jamak di kota Lhasa, Tibet.

Tibetan, bangsa pendoa. Mayoritas penduduk Tibet merupakan penganut agama Buddha. Hampir di semua tempat dijumpai orang berjalan sambil berdoa. Peziarah Tibetan yang berniat meraih cita-cita tertentu akan menjalankan ritual ”kowtow”. Ritual ini dilakukan dengan berhenti di setiap tiga langkah kaki, lalu mengatupkan kedua tangan ke atas kepala, menurunkan tangan di depan mulut dan di depan dada, sebagai simbolisasi penyembahan kepada Sang Maha Kuasa, membersihkan pikiran, ucapan, dan hati, dan setelah itu mereka merebahkan diri ke tanah.

AGUNG ADIPRASETYO Danau Yamdrok Yumtso sangat indah dan luas dikelilingi gunung bersalju. Danau ini disucikan di Tibet karena dianggap danau penjelmaan dewa.
Langkah ritual doa ini dimulai dari rumah tempat tinggalnya menuju Istana Potala atau Kuil Jokhang di kota Lhasa. Jadi, bisa dibayangkan bila desa tempat tinggal peziarah ini berkilometer jauhnya dari Kuil Jokhang atau Istana Potala, maka perjalanan ziarah ritual ini bisa memakan waktu beberapa tahun.

Oksigen tipis

Tibet terletak di sebelah timur laut gunung tertinggi di dunia Himalaya, berbatasan dengan Nepal, Bhutan, dan India. Dengan ketinggian rata-rata 4.900 meter di atas permukaan laut, Tibet menjadi dataran tertinggi di dunia. Tak heran bila banyak orang menyebut Tibet sebagai atap dunia.

Karena letaknya di ketinggian seperti ini, oksigen sangat tipis sehingga bagi penduduk yang biasa hidup di dataran rendah, mengunjungi Tibet merupakan perjuangan tersendiri. Berbeda dengan penduduk asli Tibet yang sejak kecil sudah terbiasa hidup berdamai dengan tipisnya oksigen, pendatang dari luar wilayah ini biasanya memerlukan bantuan oksigen kemasan dalam banyak aktivitas.

AGUNG ADIPRASETYO Nenek Pendoa
Kelekatan dengan alam semesta sangat kental terasa di wilayah ini. Bagi masyarakat Tibet, harmoni dengan alam dan keseimbangan hidup menjadi tujuan utama untuk mencapai kebahagiaan. Harmoni dan keseimbangan ini dilambangkan dengan bendera lima warna. Biru melambangkan langit dan angkasa, putih melambangkan udara dan angin, merah melambangkan api, hijau melambangkan air, dan kuning melambangkan bumi dan tanah. Semua merupakan simbolisasi dari kedamaian, kewelasasihan, kekuatan, penyerahan diri, dan kebijaksanaan.

Mayoritas masyarakat hidup dari beternak dan bertani. Selain produk pertanian dan peternakan, saat ini pariwisata juga menjadi sumber penghasilan utama bagi warga. Lhasa menjadi ibu kota sekaligus kota terbesar di Tibet. Selain lewat udara, Lhasa juga bisa dijangkau melalui kereta api Qinghai-Tibet. Jalur kereta api ini merupakan jalan kereta api terpanjang di dunia yang membentang di dataran tinggi. Dengan panjang 1.956 km, jalur kereta ini menghubungkan penumpang dari Lhasa, Beijing, Chengdu, Guangzhou, dan Shanghai.

Istana Potala merupakan ”warisan” dunia yang didirikan tahun 1649. Istana ini berdiri di atas ketinggian 117 meter dengan lebar 360 meter. Terdiri dari 13 tingkat dengan kamar, perpustakaan, dan kuil di dalamnya. Istana ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian luar berwarna putih dipakai untuk urusan administrasi, sedangkan di dalam berwarna merah yang merupakan hall utama bagi para ”Lama”. Lama adalah sebutan untuk guru dan tokoh agama Buddha Tibet. Istana Potala menjadi salah satu puncak ”tujuan akhir” bagi para pendoa.

AGUNG ADIPRASETYO Karena letaknya di dataran tinggi, nyaris hampir semua bukit di Tibet diselimuti salju pada musim dingin.
Biara Tashi Lhunbu pernah menjadi tempat tinggal sekitar 4.000 rahib, terletak di Shigatzhe. Biara ini diyakini sebagai pusat semua keberuntungan dan kebahagiaan. Di dalam biara yang dibangun tahun 1447 oleh Gendun Drup, Dalai Lama pertama ini, ditempatkan patung Buddha Maitreya terbesar di dunia, dengan tinggi 26,2 meter dan lebar bahu 11,5 meter. Patung ini berbahan emas seberat 279 kg dan tembaga seberat 150.000 kg. (Agung Adiprasetyo, CEO Kompas Gramedia)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com