Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Sini Kereta Api Pertama Bermula

Kompas.com - 27/02/2014, 15:12 WIB
Oleh: Nawa Tunggal  

DUA hari tanpa hujan, Jalan Ronggowarsito menuju Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Kamis (20/2/2014), masih tergenang. Tak lama menyusuri, tibalah di mulut Gang Spoorland I, gerbang bangunan Stasiun Samarang, stasiun pertama yang dibangun pada 1864.

Saya tahu bangunan Stasiun Samarang yang pertama ini dari buku. Saya punya buku itu tahun 1960-an waktu bekerja di Stasiun Semarang Gudang, tetapi buku itu dipinjam teman dan tak dikembalikan,” kata Ramelan (80), warga Asrama Spoorland RT 002 RW 003 Kelurahan Kemijen, Semarang Timur, Jawa Tengah. Dulu, ia teknisi gerbong kayu di sana.

Asrama Spoorland adalah sisa bangunan Stasiun Samarang sayap selatan. Sayap utara dan barat hilang tak berbekas. Bangunan itu tak jauh dari Stasiun Semarang Gudang.

Semula bangunan Stasiun Samarang berbentuk ”U” terbuka ke arah timur, mengarah ke rangkaian jalur rel. Jalur rel pertama dibangun tahun 1864-1867 sepanjang 25 kilometer menghubungkan Stasiun Samarang hingga Stasiun Tangoeng, yang sekarang ditulis Tanggung, di Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jateng.

Pada buku berbahasa Belanda, Spoorwegstations op Java, karya Michiel van Ballegoijen de Jong (Amsterdam, 1993), dipampang foto Stasiun Samarang, utuh dari sisi timur dan barat. Megah. Foto diambil saat pembukaan stasiun tahun 1867. Kondisinya tak jauh beda dengan Stasiun Tanjung Priok dan Stasiun Jakarta Kota yang masih tegak berdiri.

Kini, ejaan kata ”Samarang” pada Stasiun Samarang berubah menjadi Semarang. Stasiun ini dibangun perusahaan swasta Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Pada perkembangannya, NIS tumbuh menjadi maskapai kereta api terbesar di antara 18 maskapai yang pernah mengoperasikan jalur rel di Indonesia.

Ramelan menetap di Asrama Spoorland sejak tahun 1950-an. Istilah spoorland atau spoorlaan kira-kira berarti ’jalan sepur’.

Tahun 2009, Ramelan menjadi penunjuk keberadaan Stasiun Samarang bagi Deddy Herlambang, Tjahjono Rahardjo, dan Karyadi Baskoro. Ketiganya penggiat pada pencinta kereta api Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) Semarang yang mengemban misi konservasi peninggalan penting sejarah perkeretaapian.

Hampir sulit dipercaya ketika Tjahjono pada Kamis pagi itu mengatakan, ”Di sini dulu letak tulisan Samarang.”

Dinding yang ditunjuk Tjahjono tak lagi setinggi gambar pada foto buku De Jong. Saat diresmikan 1867, tulisan ”Samarang” terlihat amat tinggi.

Selain kondisi sekarang jauh lebih rendah di atas permukaan tanah, lapis bidang dinding aslinya pun tak jelas. Banyak lapisan batu bata baru menimpanya secara tak beraturan.

Seusai menunjuk tembok itu, Tjahjono mengajak menyusuri lorong di sisi utara. Ia menunjuk ornamen ventilasi berbentuk lingkaran pada dinding setinggi sekitar 2 meter dari tanah. Ventilasi ini disebut bovenlicht pada masa Hindia Belanda dan biasanya di atas pintu.

Tjahjono juga menunjukkan ornamen konsol besi cor lengkung sebagai besi penyangga atap peron. Kejanggalan jejak bangunan yang serba rendah itu pun terkuak. Stasiun Samarang telah ambles! ”Kedalaman amblesan tanah 3 meter atau lebih,” kata Tjahjono, pengajar di Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com