Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menemukan Kembali Tenun yang Hilang

Kompas.com - 07/05/2014, 17:51 WIB
BELUM banyak orang yang mengenal tenun asal Jembrana dari Bali barat. Perang melawan kolonialisme dan pertentangan antar-kerajaan di Bali sekitar abad ke-18 membuat tradisi menenun di Jembrana luntur. Motif tenun khas daerah itu pun langka. Kendati demikian, harapan menemukan kembali tenun yang sempat tenggelam itu tidak pernah pudar.

Gairah membangkitkan kembali keelokan tenun jembrana itu menjelma dalam butir-butir keringat Komang Suliasih (40), seorang peserta pelatihan perajin tenun yang diadakan Cita Tenun Indonesia (CTI) bersama Hivos dan Uni Eropa, beberapa saat lalu. Bersama 34 peserta lain, yang semuanya perempuan, Suliasih duduk menghadap meja yang disusun memanjang di Balai Pertemuan Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana. Setiap peserta diminta membuat pola di kertas sesuai dengan motif tenun yang dihamparkan di meja itu.

Motif yang mesti dibuat oleh mereka ialah padma atau bunga teratai. Bentuknya seperti bintang dengan empat hingga delapan sisi lancip, yang membuatnya disebut babintangan oleh perajin Jembrana.

”Susah membuat pola ini. Saya bingung dengan titik-titik yang harus dibuat pada kotak kecil ini. Jika disuruh membuat tenun, saya bisa lebih mudah mengerjakannya. Kalau diminta membikin polanya, saya masih kesulitan,” ujar Suliasih.

Siang itu, kaum ibu perajin tenun mengenakan baju adat perempuan Bali berupa kebaya yang dipadu dengan kain tenun atau sarung di bagian bawahnya. Mereka datang dari enam sentra tenun di Jembrana, mengikuti pelatihan yang ditujukan untuk membekali perajin kemampuan pewarnaan alami, yakni dengan bahan dari tetumbuhan.

Pembuatan pola di kertas itu adalah acara terakhir dari pelatihan itu. Namun, kegiatan itu agaknya merupakan salah satu yang terpenting. Nining Koestedjo, desainer tekstil dari Jakarta, mendampingi ibu-ibu itu membuat pola.

”Banyak motif tenun jembrana yang hilang. Memori akan motif itu masih dimiliki perajin tenun karena pengetahuan itu diwariskan turun-temurun. Hanya, motif itu tak banyak diproduksi karena perajin lebih memilih motif yang mudah, diminta pasar, dan cepat laku,” kata Nining. Pembuatan pola di atas kertas itu dimaksudkan agar motif khas Jembrana terdokumentasikan. Pengetahuan itu perlu dikenalkan kepada semua peserta pelatihan kendati tak semua perajin bisa membuat pola.

Menyelamatkan memori

Dalam enam kali pelatihan, tim CTI mendapati perajin tenun jembrana kesulitan menamai motif lama yang sebenarnya bentuknya masih tersimpan dalam memori mereka. Muncullah motif unik yang dinamai dengan bahasa ibu mereka, misalnya pale gunung yang berbentuk seperti gunung. Motif ini biasa di tepian kain tenun.

Desainer Didi Budiardjo, yang mendampingi peserta dalam pelatihan, senang karena menemukan kain widiadari. Kain itu tersusun dari motif padma dalam aneka warna dan bentukan. Pada tenun jembrana, Didi mencatat, warna yang kerap kali dipakai ialah warna teduh, seperti coklat, biru, dan krem, berbeda dengan warna tenun dari Bali timur, seperti dari Klungkung dan Karang Asem, yang motif dan warnanya lebih meriah.

”Widia asal kata dari vidya yang artinya ilmu pengetahuan. Dari artinya pemilik. Kain ini representasi pengetahuan atau kebajikan yang diturunkan dari ibu sebagai sang pemilik kepada anaknya yang selanjutnya menjadi penerus kebajikan tersebut,” ujarnya. Kain widiadari melambangkan suatu memori kolektif masyarakat Jembrana akan perikehidupan yang berusaha dilestarikan dari generasi ke generasi.

Namun, perikehidupan yang senantiasa berproses, beradu, dan berpadu juga tergambarkan dalam kreasi perajin tenun jembrana. Mereka, antara lain, membuat tenun prembon sebagai perpaduan dari tenun ikat atau endek dengan songket.

Untuk menghasilkan prembon, perajin menerapkan dua teknik. Pertama, mereka membuat endek terlebih dulu, yakni dengan mencelupkan benang yang diikat pada pewarna. Saat benang yang sudah diwarnai itu ditenun dan membentuk motif tertentu, perajin menyelipkan benang-benang warna emas untuk membuat songket.

”Tak mudah membuat prembon seperti ini, tetapi nyatanya mereka bisa membuat perpaduan mulus antara motif padma yang ditenun dan teknik pewarnaan ikat dengan songket,” ungkap Didi, yang juga mendesain tiga baju menggunakan bahan kain endek dan prembon.

Upaya menemukan kembali motif asli dan khas Jembrana, menurut pempinan proyek CTI, Dhanny Dahlan, tidak sekadar membangkitkan motif lama dan tua. Namun, lebih dari itu, upaya ini adalah perjalanan menemukan jati diri Jembrana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

8 Tips Mendaki Gunung Prau yang Aman untuk Pemula

Jalan Jalan
Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Fenomena Pemesanan Hotel 2024, Website Vs OTA

Travel Update
6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

6 Tips Menginap Hemat di Hotel, Nyaman di Kantong dan Pikiran

Travel Tips
Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Tren Pariwisata Domestik 2024, Hidden Gems Jadi Primadona

Travel Update
8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

8 Tips Berwisata Alam di Air Terjun Saat Musim Hujan

Travel Tips
Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com