"Ramah pada wisatawan saja tidak cukup. Yang paling penting adalah membuat mereka nyaman dan terjamin keamanannya," ungkap Yunis Amu, yang bekerja di salah satu dive centre sejak tahun 2003.
Apalagi, kata dia, menyelam adalah olahraga yang berisiko tinggi, sehingga penyedia jasa harus menguasai segala teknik menyelam, memotret, hingga pencegahan dan penanganan bila terjadi kecelakaan saat menyelam.
Tak hanya itu, Yunis Amu bahkan harus meluangkan waktunya untuk memungut sampah-sampah di dalam laut demi menjaga kesehatan terumbu karang dan ikan, serta memuaskan para wisatawan.
Baru setelah Olele diperkenalkan pada wisatawan dunia tahun 2003, ia mulai belajar menyelam profesional hingga menjadi dive master seperti saat ini.
Dalam sehari Yunis biasanya menangani dua hingga tiga rombongan wisatawan dalam dan luar negeri yang ingin menyelam maupun snorkeling. "Yang paling padat adalah November hingga Januari. Di bulan itu saya nyaris tak bisa istirahat karena setiap hari ada pengunjung, penyelam hingga fotografer bawah laut," ujar warga asli Desa Olele, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo itu.
Menurutnya, 99 persen pengunjung yang datang mengaku puas dengan hamparan terumbu karang yang cantik dan sehat di Olele.
Keindahan bawah laut itu bisa dinikmati hanya beberapa meter dari pemukiman warga, serta menyediakan ragam biota unik dan langka yang bisa dengan mudah ditemukan. "Saya ingin tetap menjaga Olele sampai kapan pun," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.